Berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi membawa kita pada perubahan yang kompleks. Mulai dari perubahan sosial-budaya, ekonomi, sampai alat-alat yang kita gunakan. Salah satu contoh perubahan tersebut adalah adanya rokok elektrik atau vape yang saat ini marak digunakan oleh generasi muda. Apa itu rokok elektrik atau vape? Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), Rokok elektrik terkadang disebut “e-cigs,” “vape,” “e-hookah,” “vape pens,” dan “electronic nicotine delivery systems (ENDS).” Beberapa rokok elektrik terlihat seperti rokok biasa, cerutu, atau pipa. Beberapa terlihat seperti USB flash drive, pena, dan barang sehari-hari lainnya.
Akhir-akhir ini banyak perdebatan mengenai rokok tembakau vs rokok elektrik (vape). Ada yang berpendapat bahwa vape lebih aman daripada rokok tembakau, tetapi ada pula yang berpendapat vape memiliki bahaya yang sama dengan rokok tembakau.
Nah, sebenarnya bagaimana sih dampak yang dihasilkan dari kedua jenis rokok tersebut jika dilihat dari segi kesehatan? Apakah benar bahwa vape memang lebih aman? Mari kita simak dan ulik bersama dari video di bawah ini
Dilihat dari kandungannya, terdapat beberapa perbedaan. Kandungan rokok tembakau terdiri dari nikotin, tar, karbonmonoksida, hidrogen sianida, hidrokarbon, ammonia, cadmium, formaldehid, arsen, bensol, dan nitrosamine. Semua kandungan tersebut berbahaya dan dapat menimbulkan berbagai penyakit di paru-paru, jantung, dan organ lainnya. Selain itu, zat-zat beracun tersebut juga dapat berisiko meningkatkan kejadian kanker, terutama kanker paru-paru. Sedangkan pada vape, penggunanya menghirup aerosol atau uap yang dihasilkan dari cairan atau liquid yang mengandung nikotin, asam benzoate, propilen glikol, gliserol, dan penambah rasa. Jika dilihat dari kandungannya, mungkin dapat dianggap bahwa vape lebih tidak berbahaya daripada rokok tembakau. Padahal, pada vape terdapat kandungan propilen glikol yang membuat mulut dan tenggorokan iritasi, belum lagi kandungan nikotin yang membuat kecanduan. Jika digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, tetap dapat membuat Anda berisiko mengalami gangguan kesehatan. Terlebih lagi, zat penambah rasa pada vape yang ikut terhirup dalam jangka panjang belum dapat dipastikan keamanannya, perlu adanya penelitian ulang terkait hal ini.
Muncul pertanyaan lagi, apakah uap atau aerosol juga berbahaya jika dihirup orang disekitarnya? Berdasarkan sebuah penelitian, asap rokok dan vape sama sama dapat memberikan paparan nikotin pada orang di sekitarnya. Meski begitu, paparan nikotin dari rokok tembakau kadarnya 10 kali lebih banyak dariada kadar nikotin pada uap vape. Ditambah lagi, asap rokok tembakau mengandung zat-zat berbahaya akibat proses pembakaran. Perlu diparhatikan kembali bahwa vape masih memiliki kandungan nikotin, bukan berarti Anda dapat vaping dengan bebas. Hindari vaping di sekitar orang-orang yang rentan terhadap bahaya nikotin seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dengan penyakit berat.
Selanjutnya, ada penelitian yang mengatakan bahwa penggunaan vape dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah pada orang-orang yang menggunakan vape. Ada juga penelitian lain menyebutkan, vape bisa menyebabkan disfungsi sel endotel atau gangguan pada lapisan dinding pembuluh, serta juga dapat memicu stress oksidatif atau kondisi ketika radikal bebas jumlahnya berlebih di dalam tubuh yang bisa meningkatkan risiko gangguan pada jantung. Namun jika dibandingkan dengan rokok tembakau, dampak vape pada jantung dan sistem peredaran darah ada dalam tingkatan yang lebih rendah.
Kesimpulannya, kandungan vape saat ini dinilai memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh rokok tembakau dengan syarat kualitas alat nya baik, tidak ada tambahan zat berbahaya seperti narkotika, serta tidak digunakan secara berlebihan. Bukan berarti produk ini sepenuhnya aman untuk kesehatan, vape tetap berisiko membahayakan kesehatan meski dalam taraf yang bisa dikatakan lebih rendah daripada rokok tembakau. Penggunaan vape tidak disarankan untuk dicoba-coba atau digunakan oleh orang yang belum pernah merokok. Mayoritas pengguna vape merupakan perokok tembakau yang memang ingin beralih ke vape, lebih baik lagi jika melakukan diskusi dengan dokter ahli terkait penggunaan vape agar tidak terjadi risiko yang lebih buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H