Sampai Dirumah aku menangis dikamar. Ibuku masuk ke kamarku. "Dek, kamu kenapa? Kok nangis" Tanyanya. Aku langsung memeluk ibuku dan menceritakan semua tentang Kak Abas. "Dek, kamu jangan pacaran. Mendingan perbanyak berteman aja dulu". Ucap ibuku. "Kenapa gitu?" tanyaku kepadanya. "Bukan saatnya untuk kamu pacaran. Jika kamu pacaran sekarang, kamu akan kesusahan untuk berteman dengan orang lain. Misal kalau kamu berteman dengan laki laki yang bukan pacarmu. Nanti pacarmu cemburu dan timbulah pertengkaran" Ucap ibuku menjelaskan kepadaku. "Tapi aku suka sama dia" Ucapku sambil menangis. "Ibu tau, tapi bukan saatnya untuk kamu pacaran. Perbanyak teman dulu. Percaya sama ibu" Ucap ibuku. Aku diam dan dalam hati membenarkan apa yang diucapkan oleh ibu.
Keesokan harinya saat memasuki kelas Nora menghampiriku. "Aku bisa jelasin sekarang" Ucap Nora seraya memegang tanganku. Aku mengangguk tanda bersedia medengarkan penjelasannya. Dia menjelaskan semuanya dari awal seraya meminta maaf kepadaku. Setelah dia selesai menjelaskan. "Aku udah maafin. Gapapa kamu berpacaran sama dia. Mungkin Kak Abas bukan orang yang cocok buat aku" Jawabku sambil memeluknya.
Aku tahu Kak Abas mungkin bukan orang yang terbaik buatku. Aku mengikhlaskannya untuk Nora. Walaupun aku tidak mendapatkan Kak Abas, tapi aku berterima kasih dengannya, dengan bantuan dia memberi tahu dan mengajariku Teknik bermain basket. Aku bisa menjadi pemain basket yang baik dan Nora masih tetap menjadi teman baik aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H