Ziarah kubur merupakan kegiatan spiritual dalam suatu ajaran agama yakni berkunjung ke makam orang yang sudah meninggal dunia atau ketempat tempat suci. Biasanya di indonesia kegiatan ziarah kubur dilakukan pada saat saat tertentu atau hari hari tertentu sesuai dengan tradisi dan budaya yang sudah ada.Â
Begitu pula dengan masyarakat Desa Gringgingsari, Kab.Batang yang juga melakukan ziarah kubur atau ziarah makam. Tapi tidak ziarah kepada keluarga atau pun saudara namun berziarah ke makam ulama besar di Desa Gringgingsari yang konon merupakan ulama yang menyebarkan agama islam disana.
Syeikh Abdurrahman Kajoran, begitulah warga setempat mengenal nya, sosok yang dianggap paling berjasa atas tersebarnya agama islam di desa gringgingsari, tidak banyak terdengar cerita pasti tentang beliau hanya cerita turun temurun yang bersebaran antar mulut ke mulut sebagai legenda yang di yakini oleh warga desa sehingga menimbulkan berbagai versi cerita namun bukti peninggalan yang beliau tinggalkan sangat jelas seperti Masjid al karomah, mata air sendang depok, tongkat, dan lain sebagainya.
Kamis, 11 Juli 2024, mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang melaksanakan bersih bersih masjid dari dalam sampai ke halaman tak lupa pula tempat wudhu serta toilet dan bersih bersih makam yakni menyapu daun-daun kering yang berserakan dihalaman makam dan membersihkan lokasi makam Syeikh Abdurrahman Kajoran. Kegiatan ini diakukan pada pagi hari hingga menjelang waktu zuhur, karena pada malam hari nya akan dilaksanakan ziarah di Makam Syeikh Abdurrahman Kajoran  dengan doa doa, zikir dan di lanjut solawatan di masjid.
"Dulu didesa ini ada wabah seperti wabah korona kayak pagi sakit nanti sore sudah wafat, pada waktu itu Syeikh Abdurrahman Kajoran menawarkan siapa yang ingin sembuh ikut dengan beliau lalu diajarkan nya berwudhu dan shalat agar dilindungi oleh tuhan yang maha esa, Allah subhanawataala." cerita salah seorang warga.
Kegiatan ini merupakan tradisi masyarakat Desa Gringgingsari dari dulu yakni ziarah Makam Syeikh Abdurrahman Kajoran pada setiap malam jum'at kliwon, para warga akan berbondong bondong menuju makam setelah matahari terbenam tapi sebelum menuju makam warga diharuskan suci atau dalam keadaan berwudhu dan bagi perempuan yang sedang haid dilarang memasuki kawasan makam itu sudah aturan yang ditetapkan warga desa Gringgingsari dan adapun pelaksanaan ziarah dilakukan sesudah shalat magrib di makam Syeikh Abdurrahman Kajoran, disana kita berzikir, berdoa dan bersolawat sampai waktu isya datang.
Lokasi makam dan masjid dekat sehingga setelah peziarah berziarah bisa langsung menuju masjid untuk melaksanakan shalat isya dan biasanya dilanjut shalat tasbih kemudian kajian oleh imam yang sudah ditentukan diawali membaca zikir dan solawat panjang namun saat itu imam hanya melakukan zikir dan solawat tanpa shalat tasbih. " biasanya setelah shalat isya dilanjut shalat tasbih tapi ya tergantung imam nya ya mas, mau shalat tasbih apa enggak" jawab warga ketika ditanya kenapa tidak melakukan shalat tasbih seperti sebelum sebelumnya.
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang ikut serta dalam semua rangkaian kegiatan dari pagi hingga malam sebagai bentuk penghormatan kepada tradisi Desa Gringgingasari dan bentuk sosialisasi masyarakat. Adapun bentuk syukur atas semua rangkaian kegiatan ditutup dengan memakan hidangan yang sudah dibawa warga desa di pelataran Masjid Al-karomah, pastinya makan bersama warga desa juga. "Apapun kegiatannya yang penting makan makan disini mas" ucap warga yang tengah makan bersama mahasiswa KKN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H