Bahasa seorang  ibu sangatlah penting untuk proses pembelajaran di masa depan anak-anak, karena bahasa ibu dianggap sebagai dasar berpikir. Kurangnya kemampuan dalam bahasa pertama biasanya membuat belajar bahasa lain lebih sulit.Â
Oleh karena itu, bahasa ibu memegang peranan penting dalam pendidikan. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang digunakan anak-anak saat pertama kali berkomunikasi dengan orang tuanya, dan menjadikan bahasa ibu sebagai cara berkomunikasi sehari-hari.
*Pembelajaran bahasa ibu adalah proses di mana anak-anak memperoleh bahasa ibu mereka, yang efektif sejak masa kanak-kanak hingga remaja atau remaja. Selain itu, ketika mempelajari bahasa pertama, terdapat teori yang sangat terkenal, yang dipopulerkan oleh ahli bahasa terkenal Noam Chomsky. Teori ini dinamakan hipotesis bawaan, yang artinya setiap bayi manusia yang lahir memiliki kemampuan berekspresi dalam bahasa khusus, sedangkan makhluk lain tidak memiliki kemampuan tersebut. Dia menjelaskan
*Penguasaan bahasa kedua melibatkan berbagai kemampuan, seperti tata bahasa, fonetik, dan berbagai kosakata. Secara umum, penguasaan bahasa mengacu pada penguasaan bahasa pertama, yang meneliti penguasaan bahasa ibu oleh anak-anak. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa jika bahasa kedua menggunakan akuisisi yang biasanya digunakan dalam bahasa pertama, maka akuisisi bahasa kedua berarti secara tidak sadar manusia mampu memproduksi, menangkap dan menggunakan kata-kata, serta berkomunikasi. Selain bahasa ibu, juga melibatkan berbagai macam keterampilan sintakssis, fonetik dan kosakata yaitu bahasa kedua, ketiga, dan keempat, atau biasa disebut sebagai bahasa sasaran (target language).
Penguasaan bahasa-bahasa ini dalam bahasa pertama dan kedua akan mengarah pada penggunaan lingkungan pembelajaran bahasa, karena lingkungan ini memungkinkan siswa untuk terus mengasah keterampilan komunikasi dan keterampilan bahasa lainnya. Sederhananya, lingkungan itu sendiri dibagi menjadi dua jenis: yang satu adalah lingkungan formal (lingkungan formal) dan yang lainnya adalah lingkungan informal (lingkungan informal). Ketika suatu lingkungan muncul dalam forum resmi, lingkungan tersebut akan disebut sebagai lingkungan formal, seperti pembelajaran bahasa di kelas, kursus, dll. "Banyak ditemui di dalam kelas". Lingkungan ini memberikan siswa sistem bahasa (pengetahuan elemen bahasa) atau wacana bahasa (keterampilan bahasa), tetapi itu semua tergantung pada jenis pembelajaran atau metode yang digunakan oleh guru. Sekalipun lingkungan itu disebut lingkungan informal, lingkungan yang terjadi secara alamiah menyediakan komunikasi yang alami. Ini juga bisa dimengerti, Lingkungan hidup tidak hanya dalam kategori monoton, tetapi juga mencakup seluruh lingkungan. Oleh karena itu, dibandingkan dengan sistem bahasa, lingkungan informal ini menyediakan wacana bahasa yang lebih luas. Misalnya sistem asrama yang sering kita kenal atau memang agak mirip keluarga angkat.
*Kapan sebaiknya anak diperkenalkan dengan bahasa kedua?
Menurut berbagai penelitian, semakin cepat Anda mengajari anak Anda bahasa kedua, semakin baik. Memperkenalkan bahasa baru kepada seorang anak lebih awal berarti bahwa anak tersebut memiliki lebih banyak waktu untuk mempelajari suatu bahasa daripada seorang anak yang baru belajar bahasa ketika dia berusia 18 tahun. Selain itu, masa kanak-kanak merupakan masa dimana anak memiliki banyak waktu belajar, dan anak juga lebih mudah menerima pembelajaran pada saat ini. Masa ketika anak-anak belum bersekolah, terutama di bawah usia 3 tahun, merupakan masa berkembang pesatnya landasan berpikir, bahasa, tingkah laku, sikap, bakat, dan ciri-ciri lainnya.
Pada usia 3 tahun anak sudah mahir dalam bahasa ibunya, dan pada usia tersebut anak sudah siap untuk belajar bahasa baru, sehingga anak dapat dengan mudah membedakan bahasa mana yang merupakan bahasa ibunya dan bahasa yang mana. Iya. Bahasa ibu mereka. Bahasa kedua. Kemampuan belajar anak di bawah usia 1 tahun mencapai 50%, dan kemampuan belajar anak di bawah usia 8 tahun mencapai 30%. Artinya, anak di bawah usia 8 tahun merupakan masa kritis bagi pembelajaran dan perkembangan anak. Selain itu, para ahli juga telah mempelajari bagaimana fisiologi otak memengaruhi kemampuannya untuk mempelajari bahasa. Padahal, otak anak di bawah usia 8 tahun memiliki kelenturan atau keluwesan yang memudahkan anak dalam belajar bahasa. Pada saat kritis ini, otak dapat dengan mudah menyerap segala macam informasi dan pengetahuan.
 Semakin dini seorang anak diperkenalkan pada suatu bahasa baru, semakin mudah bagi anak tersebut untuk menerimanya. Semakin dini seorang anak belajar suatu bahasa, semakin baik dia bisa meniru suara dan pengucapan baru. Di masa kanak-kanak, otak masih mau menerima suara dan bahasa baru. Selain itu, belajar bahasa kedua juga akan membawa manfaat bagi anak. mempelajari bahasa lain dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan fleksibilitas berpikir anak-anak. Mempelajari bahasa berulang juga dapat meningkatkan kecerdasan dan daya ingat anak.
Sumber :
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/download/504/445