Smartwatch ditangan saya menunjukkan pukul dua siang ,suhu 32 derajat celcius, dan sedikit berawan. Kami harus segera berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Dihalaman depan  sudah menunggu Drone taxi. Kami akan melakukan wisata liburan akhir tahun ke Sumatra, tepatnya ke Kerinci,Jambi. Kami akan memanfaatkan liburan akhir tahun disekitar gunung Kerinci selama tiga hari pulang pergi.  Xmaps pada smartwatch kami menunjukkan adanya kepadatan lalu lintas menuju bandara dibeberapa ruas jalan, dan juga trafik drone taxi yang mengudara. Hal yang biasa terjadi pada hari Jum'at. Tapi syukurnya kami telah memesan taxi drone guna mengantisipasi kemacetan. Kami harus berada dibandara dalam waktu 30 menit.
Setelah memastikan segala sesuatu dirumah beres dan siap untuk berangkat,istri saya  segera memberikan perintah suara leave mode pada aplikasi smarthome centralized system device (SCSD) yang terdapat pada smart watch istri saya. Secara otomatis segala peralatan didalam rumah yang terhubung dengan SCSD berada dalam keadaan mode rumah ditinggalkan, begitupula dengan sistem keamanan rumah." Ayo,Vit. kita harus segera berangkat." Saya mengingatkan. "Ayo, kita berangkat sekarang. Semua sudah beres." Balas istriku.
Drone Taxi yang akan kami gunakan berkapasitas penumpang dua orang dengan bentuk yang mirip helikopter,namun tidak memiliki ekor. Merupakan autonomous  drone yang mampu mengudara dengan sendirinya, tanpa dikemudikan oleh pilot. Memiliki baling- balingnya berjumlah delapan buah yang  mengelilingi badan drone disisi atas dan dengan lebar 5,61 m serta tinggi  1,77 m, Drone Taxi ini  mampu menjelajah sampai dengan 100 km ,dan mampu terbang dengan kecepatan 150km/jam. Berat drone sendiri 290 kg dan mampu mengangkut beban tambahan seberat 200 kg. Drone akan bekerja secara mandiri memanfaatkan GPS dan sistem kecerdasan artifisial atau dikenal dengan artificial intelligence, sehingga mampu menambah kecepatan, ketepatan dan rasa aman bagi penumpang . Dalam melakukan penerbangan drone taxi juga  terhubung langsung dengan pengatur lalu lintas udara, layaknya kendaraan udara yang lain.
Setelah barang kami taruh dibagasi belakang, segera kami memasuki drone dari pintu penumpang yang ada dikedua sisi samping. "Pasang seatbelt,Vit" Saya mengingatkan. Sejenak kemudian muncul suara dari speaker yang ada didepan mengucapkan ucapan selamat datang dan ucapan terima kasih telah memilih drone taxi mereka  sebagai  moda transportasi. Kami diingatkan juga untuk memasang seatbelt dan agar tidak banyak melakukan gerakan gerakan yang tidak perlu selama perjalanan. Pemberitahuan kondisi cuaca saat ini dan lamanya penerbangan mengakhiri suara pada speaker. Satu satunya yang perlu kami lakukan agar drone terbang adalah menekan tombol Start pada layar panel dihadapan kami.
Sesaat tombol Start saya tekan, maka baling-baling drone mulai berputar, kurang dari lima menit drone mulai take off dengan Vertical Take off layaknya helikopter bergerak tegak lurus keatas. Istri saya  menggenggam erat tangan saya sambil menoleh kearah saya. Maklumlah, karena ini pertama kalinya istri saya menaiki drone taxi. Saya hanya tersenyum,"Tidak apa. Drone lebih aman dari pada transportasi udara lainnya". "Apalagi inikan dikemudikan oleh suatu mesin yang menggunakan sistem  artificial intelligence". " Malah lebih aman dikemudikan oleh program ini dari pada manusia".Kata saya  meyakinkan, walau sebenarnya saya juga ada rasa khawatir.
Untuk mengurangi rasa cemasnya, saya mulai membuka pembicaraan dengan menunjukkan kemacetan jalan raya dibawah. Hari Jum'at siang sampai malam jalan raya memang selalu padat mengarah kepada macetan. Banyak kendaraan menuju luar kota untuk berlibur atau sekedar berplesiran didalam kota. "Kalau kita tidak pakai drone taxi, mungkin kita bisa ketinggalan pesawat". Istri saya sedikit mengangguk. "Enaknya kalau banyak orang yang pakai drone, maka kepadatan lalu lintas akan berkurang ditambah akan berkurang juga kebisingan dan polusi" Tambah saya. Saya tidak tahu apakah yang saya katakan itu menarik atau tidak ,saya melirik ke istri saya yang sedang memerhatikan pemandangan dibawah. Kelihatannya apa yang terlihat  dibawah cukup menarik perhatiannya dan mengurangi kecemasannya, ini tampak dari raut wajahnya.
Perjalanan terbilang lancar dan mulus, cuaca walau sedikit berawan tetap menyuguhkan kenyamanan perjalanan dan keindahan pemandangan. Dua puluh menit mengudara taxi kami segera mendarat diterminal drone taxi dalam area bandara yang letaknya berada ditengah, diantara terminal bandara . Kami segera melepaskan seatbelt setelah ada izin untuk turun dari speaker. Saya ambil koper di bagasi belakang dan dengan sedikit terburu-buru menuju tempat automated cart keranjang mandiri, yang akan membawa barang dan kami keterminal yang kami tuju, terminal 2. Bentuknya automated smart cart seperti keranjang biasa, hanya ada tambahan tumpangan satu orang berdiri disisi belakangnya. Kami perlu memasukkan pada layar kecil yang ada dibelakang keranjang terminal  yang akan kami tuju, maka otomatis kami dibawa ke self check-in and self Baggage drop dari terminal tersebut.
Tiba di self check-in and self baggage drop , kami mengeluarkan koper kami dan segera menghidupkan mode on pada koper, dimana  terdapat GPS, Bluetooth,chip dan sensor didalamnya, sehingga langsung terhubung dengan smartwatch yang saya pakai. Ini membuat  Koper berjalan dengan sendirinya mengikuti arah smartwatch kami yang terkoneksi dengannya. Chip pada koper sudah terprogram dengan kode kunci pada  All Purposes Identification Card (APIC) yang saya miliki. Kartu APIC ini adalah semacam kartu yang memiliki multi fungsi, baik sebagai kartu identitas diri, kartu berkaitan dengan keuangan dan perbankan, e-passport, dan beberapa fungsi penting lainnya. Passwordnya berupa wajah pemilik kartu.
Tampak ada beberapa lorong Self Check-in dan Self Baggage Drop didalam terminal dengan para calon penumpang yang berbaris memasukinya.  Kami masuk dalam salah satu antrian dan berjalan sampai kepada satu titik dimana terdapat bar penghalang setinggi pinggang orang dewasa didepan, kami perlu menghadapkan wajah kami kekamera Biometric Face Reader Scanning (BFRS) yang ada dihadapan kami. Begitu lampu indikator berubah dari warna merah kewarna hijau, bar penghalang terangkat keatas. Biometric Face Reader Scanning membaca wajah calon penumpang dan langsung terhubung dengan data check-in airline. Tidak diperlukan lagi boarding pass. Ini semua dimungkinkan karena pada saat pemesanan tiket menggunakan kartu All Purposes Identification Card. Sehingga semuanya terhubung dan terekam dengan sendirinya.
Setelah wajah kami terbaca oleh BFRS dan bar terbuka, kami langsung diarahkan menuju Self Baggage Drop pada lorong yang sama. Sesampai disana, koper kami letakkan ditempat yang tersedia  bergerak mengikuti ban berjalan conveyor belt melewati x ray security dan timbangan barang yang ada. Bila tidak ada suatu yang mencurigakan,koper langsung memasuki penampungan untuk dimasukkan kedalam pesawat. Bila ada hal yang mencurigakan,maka koper akan keluar menuju bagian pemeriksaan. Begitupula bila ada beban tambahan maka secara otomatis akan dikenakan biaya yang akan mendebit akun saya pada kartu All Purposes Identification Card (APIC).Â