Mohon tunggu...
Politik

Jangan biarkan Uang Berkuasa di Munaslub Golkar

1 Maret 2016   19:32 Diperbarui: 1 Maret 2016   20:16 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi- foto cahya-nazaruddin.blogspot.com"][/caption]

Miris! Golkar hanya akan semakin terjerembab ke 'kubangan' keterpurukan jika produk Ketum pada Munaslub nanti ditentukan oleh politik transaksional. Munas belum berlangsung, sejumlah nama telah menyiratkan potensi negatif dengan mencuatnya berbagai fakta ke permukaan.

Publik jadi tahu bahwa banyak calon kuat partai Golkar yang diusung jauh hari sebagai Caketum sebenarnya cacat moral. Isu gratifikasi, permufakatan jahat, bayang-bayang kasus korupsi, dan lain sebagainya. Belum lagi ancaman permainan kotor politik uang menjelang Munaslub kali ini. Tidak hanya memperburuk citra Golkar sendiri, namun juga membuat semakin compang-campingnya wajah politik etik  dan visi perubahan era Presiden Jokowi. Rakyat akan semakin apatis. Bagaimanapun Golkar adalah pilar utama politik nasional bersama dengan PDI Perjuangan. Sementara PPP sendiri juga masih didera konflik serius. Presiden Jokowi ingin politik stabil dan tak gaduh yang dijalankan oleh orang-orang bersih dan mencintai rakyat. 

Balik ke Golkar, tentu kita berharap politik uang bukanlah pemenang sesungguhnya dari hajatan Golkar memilih Ketum nanti. Munaslub harus melahirkan sosok Ketum dengan kualitas ketokohan, kepemimpinan dan kewibawaan yang tinggi.

Seperti menjadi fatsun politik Golkar, dan stigma yang kuat untuk menjadi Ketum harus menyiapkan 'logistik' politik Puluhan hingga Ratusan Milyaran Rupiah. Konon nilai yang sungguh fantastis tersebut untuk membeli 30 persen (angka aman) dari 563 pemilik suara pada Munaslub.

Siapa saja penerimanya, dan siapa “dermawan gila kuasa” yang membagi-bagikan Dolar tersebut? Seorang kader Golkar yang dekat dengan ARB yang terkenal ‘tak bersih’ malah membocorkan bahwa dirinya telah mendapat pengakuan langsung dari penerima uang suksesi itu. Nilai yang disebut adalah SGD 10.000 atau jika dirupiahkan hampir mencapai 100 juta. Nilai tersebut hanya untuk mengakomodir 1 suara tahap awal, belum keseluruhan. Entah ini sebenarnya pengakuan berbau jualan atau hanya provokasi. Yang jelas, kader ini, sebut saja bernama Nurdin, mantan Ketum PSSI yang buat PSSI jeblok dan penuh mafia, telah ditolak ramai-ramai oleh kader Golkar untuk menjadi SC Panitia Munaslub.

Sementara itu, seorang kader muda, sebut saja Doli, mengatakan pembelian suara berlangsung pada saat safari politik beberapa kandidat Caketum ke daerah. “Road show” pencarian suara yang terkesan berkedok silaturahmi. Di momen ini lah beredar pembagian 1000-10.000 dolar Singapura dan 100 juta rupiah per DPD kabupaten/kota. Siapa pelakunya? Pelakunya tentu adalah calon-calon ketum yang pagi-pagi sudah muter-muter keliling DPD atau calon ketum yang dekat dengan mafia yang duitnya tak terbatas.

Terhadap isu politik uang ini semua pihak mesti membuka mata, jangan malah pura-pura tidak tahu. Bekerjasamalah untuk membuktikan dan menjerat para pelaku. Agar setelah Munas ini Golkar dapat bersatu-padu dan tidak jatuh ke tangan yang salah. Bagaimanapun juga Golkar adalah partai besar.

Sebagian besar kader di daerah pun sesungguhnya sudah muak dengan kondisi penurunan moral di tubuh Golkar yang berakibat pada penurunan kinerja politik mereka. Banyak kader yang menjadi penghuni rumah tahanan atau pesakitan tersangka kasus korupsi. Kader Golkar baik di DPRD maupun di DPR RI banyak yang dicap sebagai mafia dan preman. Jauh dari citra yang dibangun saat Golkar menjadi partai mulia pendukung pembangunan yang penuh dengan orang-orang berkompeten, intelektual dan pengusaha yang nasionalis serta berakhlak mulia. Banyak kader yang bercita-cita Golkar kembali bersinar, bercitra positif dan bermanfaat bagi rakyat.

Golkar hari ini betul-betul terdesak oleh kebutuhan akan seorang figur yang bisa menjawab sengkarut permasalahan tersebut. Siapa gerangan? Para kader yang sejati sudah tahu siapa calon pemimpin yang pantas memimpin mereka di era pemerintahan Presiden Jokowi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun