Mohon tunggu...
Politik

Strategi Akom: Ketum Golkar dulu, Baru Pilpres 2019

25 Februari 2016   14:03 Diperbarui: 25 Februari 2016   14:16 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ade Komaruddin bersama tim sukses pemenangan Ketum Golkar naik pesawat jet pribadi yang konono milik seorang Pengusaha Kalimantan namun dibantah oleh Bamsoet - foto: LSM Istmewa"][/caption]

Gelagat Ketua DPR Ade Komaruddin (Akom) nyalon Caketum Golkar sudah terendus sejak ia menjadi Ketua Fraksi Golkar. Hal itu bisa dicium mulai dari setengah hati dirinya membela Setnov saat disidang di MKD.

Sebagai Ketua Fraksi Golkar saat itu, Akom kerap menjawab pertanyaan wartawan dengan pernyataan bersayap. Tak membela, tidak juga menyerang Setnov. Ia sudah membayangkan tak lama lagi akan ketiban durian runtuh. Dengan skenario: Setnov mundur dari Ketua DPR dan ia sebagai Ketua Fraksi Golkar, adalah orang yang paling berhak mengambil jatah Ketua DPR yang memang hak Golkar.

Durian pun sudah jatuh. Pas dibelah, rasanya pun cukup legit. Tak lama Akom jadi Ketua DPR, wacana Munaslub pun menguat. Ndilalah, peluangnya semakin terbuka lebar mengingat saat ini tak ada pesaing yang terlalu berat. ARB dan Agung Laksono sebagai elit Golkar dengan status konglomerat, tak berminat lagi mencalonkan diri.

Akom yang memang berkarir dari bawah di Golkar, dan sejumlah jabatan strategis pernah diembannya, maka saat inilah saat paling tepat buat dirinya naik kelas menjadi Ketum Golkar.

Posisinya diuntungkan. Bargainingnya kuat. Ia diterima semua kelompok di internal Golkar. Mungkin hanya dengan Setnov saja ia masih 'perang dingin'. Mengingat Setnov 'dendam' karena tak dibela Akom.

Terakhir, saat ulang tahun Fraksi Golkar, dengan Setnov sebagai Ketuanya, Akom tak datang.

Kabar burung berhembus, Akom merupakan kandidat dengan peluang paling besar. Apalagi kemana-mana Akom kerap menjual isu kepada daerah-daerah bahwa ia didukung istana. Belum jelas betul apakah istana maimun di Medan Deli atau istana boneka di Dufan sana?

Akom adalah pemain politik yang licin. Ia pun konon fasih berkomunikasi dengan tokoh-tokoh lintas partai. Ia cukup intens berupaya membuka komunikasi dengan PDIP. Mungkin saua targetnya adalah mengawinkan PDI Perjuangan dengan Golkar di Pemilu 2019. Puan-Akom.

Kemesraan Akom dengan petinggi2 PDI Perjuangan kubu Puan bisa menjadi ancaman bagi Jokowi ditinggal partai moncong putih itu. Dimana sinyal ke arah itu sangat kuat, mengingat Jokowi kerap mengabaikan permintaan2 Bu Mega untuk kasus kapolri dan kasus reshuffle Rini Soemarno dan Luhut Pandjaitan di Kabinet Kerja.

Kepercayaan diri Akom dan pendukungnya sedang tinggi-tingginya saat ini. Malah terlalu percaya diri mungkin. Belum apa-apa, Akom sudah dilaporkan menerima gratifikasi saat foto dirinya bersama beberapa petinggi Golkar sedang berpergian dengan pesawat jet pribadi milik pengusaha tambang asal Kalimantan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun