Baru-baru ini terungkap bahwa beberapa media di Selandia Baru telah menuduh Muslim Indonesia melukai orang-orang Papua yang Kristen. Dalam berita-berita (2016), mereka berpendapat bahwa fakta bahwa Islam yang sekarang berkembang ke Papua adalah usaha umat Islam di Indonesia untuk melakukan apa yang mereka sebut genosida gerakan lambat (slow motion genocide). Dengan kata lain, mereka menuduh orang Indonesia secara perlahan tapi secara teratur 'membunuhi' saudara mereka dari Papua.
Mengutip sebuah laporan gereja yang berbasis di Australia tahun 2016 yang berjudul 'We Will Lose Everything', media Selandia Baru seperti Radio NZ dan Asia Pacific Report menegaskan bahwa kehadiran Islam di Papua (Papua dan Papua Barat) adalah langkah yang disengaja oleh umat Muslim Indonesia untuk mengusir orang-orang Papua dari tanah mereka.
Laporan Gereja yang tidak dipublikasikan tersebut dilaporkan telah mendokumentasikan tindakan diskriminasi soal agama, sosial dan ekonomi di Papua yang dilakukan oleh umat Islam Indonesia. Laporan tersebut berpendapat bahwa umat Islam lebih diuntungkan dari pembangunan saat ini ketimbang menguntungkan orang-orang asli Papua yang Kristen. Juga, laporan tersebut berpendapat bahwa umat Islam Indonesia telah merampas hak-hak orang Papua dari kepemilikan tanah dan lowongan pekerjaan.
Laporan tersebut benar-benar merujuk kehadiran Islam di Papua sebagai genosida gerakan lambat dengan tujuan utamanya adalah "mengganti agama Kristen dengan Islam", seperti dilaporkan dan ditegaskan oleh Radio NZ dan Asia Pacific Report.
Dilaporkan bahwa pada tahun 1970an, penduduk asli Kristen Papua mencapai 96 persen dari total populasi. Saat ini mereka adalah minoritas 48 persen, karena transmigrasi Muslim Indonesia dari pulau-pulau lain yang lebih banyak penduduknya seperti di Jawa.Â
Laporan tersebut juga menuduh umat Islam dengan sengaja meminggirkan orang Kristen Papua secara ekonomi. Laporan tersebut bahkan berpendapat bahwa ada gerakan bagi umat Islam dari Indonesia untuk menggantikan orang-orang Papua Kristen di setiap sector khususnya di pemerintahan.
Apa yang telah diklaim, sayangnya, hampir tidak beresonansi sama sekali dengan apa yang akan menjadi kenyataan di Papua.
Apa yang bisa jadi kesalahan utama dari laporan tersebut adalah banyak penduduk asli Papua yang saat ini juga beragama Islam di Papua. Orang-orang Muslim ini adalah mereka yang telah menjadi muallaf atau memang terlahir sebagai Muslim. Dan, tidak semua orang non-papua di Papua adalah orang-orang Muslim.
Media-media di Selandia Baru tersebut tidak pernah mendengar fakta bahwa umat Islam dan Kristen hidup dengan damai di Papua. Banyak orang Papua baik orang asli Papua maupun orang-orang non-Papua saling memahami tentang bagaimana hidup secara multikultur dan bersikap toleran terhadap kegiatan keagamaan orang lain.