Mohon tunggu...
Sosbud

Penyanderaan atau Bukan, yang Dilakukan Kelompok Separatis di Papua adalah Kejahatan Kemanusiaan yang Ironis

29 November 2017   12:11 Diperbarui: 29 November 2017   18:47 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Okezone.com

Baru-baru ini, BBC Indonesia melaporkan bahwa bahwa kelompok separatis Papua telah mengisolasi lalu lintas dari dan menuju desa Banti dan Kimbely di Kabupaten Timika. Karena aksi penghadangan ini, 1300 warga Papua yang terdiri dari Native Papuans dan non Papuans merasa terisolasi.

Mengutip Tell the Truth NZ, Isolasi ini berdampak memburuknya akses keluar masuk suplai makanan. Ini membuat keadaan social masyarakat di sana pun memburuk. Inilah yang menimbulkan asumsi umum bahwa kelompok separatis ini telah 'menyandera' masyarakat Papua.

Tak segan membunuh warga Native Papuans

Selain melakukan isolasi, kelompok separatis itu juga sudah tiga kali melakukan penembakan terhadap kendaraan yang melintas, menewaskan satu orang, yaitu Martinus Baneal seorang karyawan perusahaan kontraktor Freeport. Saat melintasi jalanan yang dijaga kelompok bersenjata tersebut, Martinus sedang dalam perjalanan untuk menemui keluarganya.

Di desa yang terisolasi tersebut, warga masyarakat tidak boleh dilarang ke mana-mana, akses bahan makanan distop, dan saat ini masih bertahan di masing-masing kampung di rumah masing-masing.

Sebenarnya, beberapa kalangan mengatakan bahwa yang terjadi bukan penyanderaan, dan warga bebas melakukan apa pun di desa itu. Isak Ondowame, pendeta Gereja Kemah Injil yang juga tokoh agama di Timika, mengatakan bahwa ini bukan penyanderaan.

POLRI menyatakan bahwa memang susah menyebut situasi ini adalah penyanderaan. Akan tetapi, isolasi oleh kelompok separatis ini telah membuat warga tertahan aktivitasnya, sekaligus aksesnya terhadap makanan dan obat-obatan. Sebab, dua desa yang terisolasi itu membutuhkan pasokan makanan dari luar desa. Karena itu, masyarakat yang terisolasi pun perlu 'dibebaskan'.

Benar-benar 'menyandera' masyarakat Papua

Dugaan yang kuat mengarah pada kesimpulan bahwa selama ini kelompok separatis ini suka berlindung atau menjadi masyarakat sebagai tameng, sehingga menyulitkan aparat TNI dan Polri yang melakukan pembebasan. Dari situasi inilah, kelompok ini bisa jadi 'menyandera' masyarakat.

Data terakhir mengungkapkan bahwa di dalam kelompok separatis ini, terdapat 35 orang yang memiliki senjata berstandar militer. Senjata tersebut rampasan dan diperoleh dari pihak yang tak bisa terungkap. Kabarnya, mereka mendapatkan senjata dari negara-negara yang bersimpati dengan mereka lalu menyelundupkan senjata lewat Papua New Guinea.

Selain itu, ada ratusan orang anggota kelompok separatis yang menggunakan senjata tradisional, baik itu senjata rakitan, panah, tombak, parang, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun