Kesenjangan sosial di Indonesia semakin kompleks, terutama di ibu kota Indonesia, yakni, Jakarta. Padahal, Jakarta ini merupakan salah satu pusat pereknonomian Indonesia, selain Medan dan Surabaya. Terlihat dengan jelas bahwa ketimpangan orang miskin dan orang kaya di Jakarta sangat jelas. Ada orang yang sangat kaya, dan ada orang yang sangat miskin.Â
Semakin lama, banyak orang yang semakin kaya, namun yang menengah ke bawah, semakin banyak yang jatuh miskin. Daya beli seseorang juga makin lama makin turun. Menurut saya, hal ini terjadi dikarenakan dari tingkat pendapatan seseorang yang sangat berbeda, antara A dengan B, yang satu tinggi sekali, yang satu rendah sekali. Sehingga, hal tersebut jelas menyebabkan kesenjangan ekonomi dan sosial.Â
Akan tetapi, untuk kalangan menengah ke bawah, mereka hanya bisa berjualan seadanya atau mereka yang tidak memiliki kemampuan wirausaha, mereka hanya bisa menjadi pekerja saja, dengan gaji yang pas-pasan, hanya itulah yang mereka andalkan. Lalu, menurut saya, hal ini disebabkan karena masyarakat menengah ke bawah banyak yang "gaptek" akan ekonomi digital. Mereka tidak sanggup mengikuti perkembangan ekonomi digital.Â
Sehingga, mengakibatkan tingkat tindakan kriminal yang tinggi, karena berbagai desakan kebutuhan, namun tidak tahu lagi harus bagaimana dalam memenuhinya. Menurut saya, solusinya, pemerintah mengadakan seminar atau penyuluhan kepada warga, khususnya untuk menengah ke bawah, agar dapat mengikuti ekonomi digital dengan baik, dan ini termasuk pembangunan dari Sumber Daya Manusia. Jangan hanya membangun dari sektor infrastruktur saja, tetapi bangun dengan sektor SDM nya juga. Sehingga, masyarakat menjadi lebih sejahtera lagi.
 Penulis: Ivan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H