Dewasa ini, transportasi umum kian diminati. Adalah commuter line atau KRL yang menjadi primadonanya. Tak pernah sepi pengguna, commuter line menjadi pilihan utama para pengguna transportasi umum. Cakupan jarak yang cukup luas dirasa lebih memudahkan, terutama bagi mereka yang berkegiatan di daerah yang cukup berjarak dari tempat tinggalnya.
Jumlah kereta yang ada saat ini pun semakin banyak sehingga para penumpang tidak perlu khawatir jika ketinggalan kereta, karena kereta listrik ini akan datang setiap 10-20 menit sekali. Tetapi siapa sangka hal ini menimbulkan dampak negatif bagi pengendara kendaraan bermotor di beberapa tempat seperti di daerah Kabupaten Tangerang tepatnya di Cisauk. Dampak negatif yang ditimbulkan dari seringnya kereta yang lewat ini adalah kemacetan kendaraan bermotor yang mengantri untuk melewati rel kereta.
Kemacetan yang terjadi ini tidak bisa dianggap hal yang sepele, karena menurut warga setempat kemacetan ini terjadi hampir di setiap waktu dengan panjang yang bisa mencapai 1 km. Kemacetan ini disebabkan oleh kereta yang lewat terlalu sering dengan pintu kereta yang kurang memadai dan jumlah volume kendaraan yang cukup banyak. Keadaan pintu kereta di Cisauk ini tidak cukup baik karena jalan raya yang digunakan oleh kendaraan untuk melewati rel kereta tersebut tidak halus sehingga pengendara harus menurunkan kecepatan laju kendaraannya. Kemacetan seperti ini tidak hanya terjadi di daerah Cisauk saja, tetapi juga terjadi di beberapa tempat perlintasan kereta api lainnya seperti Pondok Ranji dan Serpong.
Kemacetan tersebut membuat para pengguna kendaraan bermotor merasa dirugikan terutama dalam hal waktu. Tidak sedikit warga yang terlambat sampai ke tempat tujuannya. Biasanya jika berkendara pada kecepatan normal dalam jarak 1 km, pengendara hanya akan menghabiskan waktu kurang lebih 3-5 menit. Tetapi saat ini pengendara tidak bisa melaju pada kecepatan normal, sehingga dalam jarak 1 km untuk melewati rel kereta bisa menghabiskan waktu selama 20-30 menit.
"Jumlah transportasi kereta ditingkatkan itu bagus karna kereta merupakan angkutan massal, tetapi harus difasilitasi pintu kereta yang bagus. Jangan dengan kondisi pintu yang jelek. Ketika kondisi pintu bagus maka laju kendaraan yang lewat pun akan normal dan tidak akan terjadi kemacetan. Di samping memperbaiki jalan antara pintu, sebaiknya pemerintah membuat underpass atau flyover untuk mengatasi kemacetan yang terjadi," ujar warga setempat.
Hal tersebut bisa menjadi sebuah masukan serta bahan evaluasi bagi pemerintah setempat agar lebih memperhatikan keadaan daerah yang dipimpinnya.
Reporter: Echa | Penulis: Echa | Editor: Diah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H