Mohon tunggu...
Berita Nendank
Berita Nendank Mohon Tunggu... -

Himpunan Artikel, Berita, dan Opini Beberapa Mahasiswa FISIP UPNVJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Baru yang Disebut Media Sosial

12 November 2017   18:33 Diperbarui: 12 November 2017   18:39 2822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada era sekarang kita serba dimudahkan oleh adanya globalisasi. Globalisasi merupakan perkembangan dunia yang membuat tidak adanya sekat lagi antara Negara satu dengan Negara yang lainnya. Tidak adanya sekat inilah yang dapat memberikan kemudahan budaya luar untuk masuk dan ikut mempengaruhi sikap dan pola prilaku masyarakat Indonesia. Globalisasi terjadi dikarenakan adanya teknologi komunikasi yang berupa media elektronik, media cetak dan media social serta perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju dengan pesat.

Dengan adanya dampak globalisasi kita bisa merasakan kehadiran teknologi komunikasi dan ilmu pengetahuan yang terus berinofasi dari waktu ke waktu. Teknologi informasi dan komunikasi banyak memberikan dampak positif. Contohnya dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih kita dapat mengetahui banyak informasi secara cepat yang berada di tempat yang berbeda, dan  pada waktu yang berbeda, serta memudahkan kita dalam berinteraksi jarak jauh antara satu orang dengan yang lainnya.

Kebudayaan kebudayaan masyarakat Indonesia yang sudah tertanam sejak dahulu bisa saja luntur akibat dampak globalisasi yang terus menerus berlangsung. Zaman yang semakin modern tanpa sadar membuat kita kecanduan terhadap media social. Sampai akhirnya kita lupa bahwa media social tidak selamanya hanya memberikan dampak positif saja tetapi media social juga memiliki dampak negative. 

Semakin mudahnya kita berkomunikasi dengan fitur aplikasi chat seperti line whatsapp dan media social berupa facebook, twitter, instagram, path, dan lain lain membuat kita semakin tidak bisa meninggalkan gadged di kehidupan sehari hari kita. Penggunaan gadged saat ini sudah menjadi budaya masyarakat yang tidak bisa di hilangkan lagi. Hampir 24 jam dalam satu hari kita melihat layar telpon genggam kita masing masing setiap harinya hanya untuk mengecek akun media social kita.

Media social dapat mengubah prilaku masyarakat secara derastis bahkan prilaku masyarakat tidak dapat terkontrol lagi dikarenakan penggunaan media social yang berlebihan. Oleh karena itu, kita seharusnya lebih slektif lagi dalam memilah milih kebudayaan atau kebiasaan yang baik dan tidak baik. Boleh saja menggunakan media social sebagai sarana hiburan, komunikasi dan sebagainya. Tetapi juga harus dilandasi dengan tanggung jawab moral yang tinggi dan penggunaan media social yang tidak berlebihan.

Yang saya ingin bahas disini lebih mendalam adalah ketika penggunaan media social yang berlebihan tanpa sadar dapat mengubah kehidupan masyarakat menjadi masyarakat yang berkebudayaan buruk. Berikut pendapat saya mengenai dampak negative penggunaan media social yang berlebihan.

  1. Kurangnya sosialisasi di dunia nyata menjadi dampak negatif pertama dalam penggunaan media social yang berlebihan. Kita sebagai mahluk social yang saling membutuhkan orang lain dalam kehidupan seharusnya tetap menjaga komunikasi secara langsung antar sesama. Memang benar bahwa media social mendekatkan hubungan yang jauh menjadi dekat tetapi, hubungan yang dekat bisa menjadi renggang bahkan menjauh akibat penggunaan media social yang berlebihan. Semakin lama, masyarakat menjadi sosok individualis yang tidak lagi mementingkan sosialisasi atau komunikasi langsung dalam menyelesaikan persoalan maupun dalam menjalani kehidupan sehari hari. Sebelum mengenal social media dan kecanduan akan media social masyarakat Indonesia menjadi sosok pribadi yang  mengutamakan kebersamaan, gotong royong, rasa empati yang tinggi.  Sangat disayangkan jika media social merubah karakter dan kebudayaan baik masyarakat Indonesia.
  1. Saya sangat setuju jika media social seharusnya dijadikan sumber informasi yang akurat, tepat dan jujur, tetapi faktanya tidak semua informasi yang ada di media social bersumber pada kebenaran (hoax). Ini sering terjadi pada akun akun media social yang tidak bertanggungjawab. Penyebaran informasi hoax secara besar besaran dilakukan semata mata untuk kepentingan individu untuk menjatuhkan orang lain atau kelompok dan demi rateing dan popularitas keviralan belaka. Sampai akhirnya, masyarakat juga yang khawatir akan penyebaran berita hoax yang tidak dapat dipercaya. Jangan jadikan kebohongan informasi menjadi sebuah budaya yang terus menerus dilestarikan. Dan yang lebih menghawatirkan lagi, tanpa bertanggungjawab masyarakat yang tidak tahu tentang benar atau tidaknya informasi tersebut menyebarkan terus menerus berita tersebut secara luas, dengan begitu informasi hoax pun makin melebar dan makin tidak terkendali di media social.
  1. Seharusnya masyarakat sadar bahwa setiap individu harus mempunyai ruang privasi sendiri agar merasa aman dan tidak terganggu dengan kehidupan yang mereka jalani. Mungkin media social disini memang mempunyai peran untuk berbagi cerita apapun kepada kerabat, teman dan lainnya tetapi, seharusnya setiap individu punya privasi yang tidak semua orang boleh mengetaui tentang kehidupan pribadinya. Media social bisa memulai tindakan jahat terjadi. Bahayanya, jika ada orang yang berniat jahat terhadap kita ia bisa menggunakan media social kita sebagai alat pantauan untuk mengintai dan mecari tahu tentang kehidupan kita. Contohnya: ketika kita membagikan cerita di media social tentang keberadaan kita di suatu tempat bisa jadi jika ada orang yang ingin berniat jahat dengan kita dia akan datang ke tempat yang sama dengan niat jahat yang dapat mengganggu ketenangan kita.
  1. Media sosial bisa digunakan hanya sebagai pencitraan public belaka. Dengan maraknya penggunaan madia social di kalangan masyarakat, media social menjadi sebuah pandangan banyak orang untuk melihat sisi lain kehidupan tiap orang. Mulai dari cara hidup, pergaulan, dan masih banyak lagi. Di media sosial setiap orang menginginkan kehidupannya sempurna dilihat orang lain. Karena itu, banyak orang yang menggunakan media social hanya untuk menebar pencitraan dan ingin diakui citranya baik oleh banyak orang. Hal ini menimbulkan sisi negative dari media social. Contohnya: demi mengangkat citra baik, seseorang rela menghabiskan beberapa banyak dana untuk gaya hidup yang berlebihan agar bisa diakui atau sekedar memamerkan kecukupan ekonomi pada orang lain.
  1. Mudahnya seseorang meluapkan perasaanya menjadi kekhawatiran yang cukup serius. Banyaknya ujaran kebencian, kata kata kasar, dan tindakan negative lainnya dengan mudah di luapkan seorang lewat media sosial. Setiap orang memang berhak untuk memberikan pendapat, komentar dan sanggahan tetapi ada baiknya jika menyampaikan pendapat tanpa harus menimbulkan perpecahan apalagi memberikan banyak ujaran kebencian yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Dari banyak hal mengenai pendapat saya diatas, saya mendukung kemajuan media social sebagai bentuk dan dampak dari globalisasi yang baik. Masyarakat yang cerdas harus bisa meminimalisir dampak akibat globalisasi yang buruk seperti membatasi waktu dalam penggunaan media sosial, beraktifitas mengisi hal hal yang positif lainnya, beretika yang baik dalam menggunakan media social, tidak mudah percaya pada isu isu yang belum terbukti kebenarannya. Jangan jadikan globalisasi menjadi alasasan lunturnya kebudayaan kita. 

Dari hal hal kecil di kehidupan sehari hari kita media social telah banyak mengubah prilaku masyarakat. Tidak masalah jika media social dijadikan patokan untuk terus maju dalam persaingan globalisasi tetapi ada baikya kita harus memikirkan bahwa media social juga dapat memberikan dampak yang buruk untuk kehidupan bermasyarakat.

Penulis: Ziaersa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun