Mohon tunggu...
Jurnalis SAHABAT
Jurnalis SAHABAT Mohon Tunggu... Freelancer - Independen dan bersahabat

Jurnalis Sahabat adalah halaman untuk kita semua yang rindu untuk mendapatkan informasi informasi yang positif dan bersahabat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru SD Banjarnegara Jateng Dirikan Metaverse Global Academy

9 Juli 2024   20:13 Diperbarui: 9 Juli 2024   20:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket : Bimo Maxim dan Imam Upayanto [foto: musanz]

Jakarta - Perkembangan metaverse di era moderen mulai ada yang mengkonversinya ke dunia pendidikan.

Metaverse sendiri adalah sebuah penggabungan dunia maya dengan dunia nyata. Dimana, nantinya teknologi masa depan seperti VR (Virtual Reality), AR (Augmented Reality), Blockchain, AI (Artificial Intelegence), serta Jaringan internet 5G akan menjadi pemicu utama lahirnya era metaverse ini.

Era ini jika sudah terwujud juga dikenal dengan web 3.0 dan saat ini tengah memasuki era persiapan. Salah satu contoh, segala aspek kehidupan manusia sudah berkaitan erat dengan dunia maya atau internet, dari belanja, hiburan, pendidikan dan lainnya.

Hal ini yang membuat anak muda bernama Imam Upayanto, seorang guru SD di Kabupaten Banjarnegara, Wanayasa Jawa Tengah menginisasi mendirikan Metaverse Global Academy bersama produser Bimo Maxim.

Selain menjadi guru, Imam juga seorang advertiser yang berfokus di facebook ads. Profesi di bidang metaverse ini, sebutnya, baru difokuskan pada malam hari dan pagi hari sebelum berangkat sekolah jika ada prioritas. 

"Saya sudah memulainya kurang lebih 6 tahun yang lalu. Saat itu, tahun 2017 ketika studi S2 dengan membuat beberapa konsep metaverse untuk tesis dan beberapa sudah bisa saya buat sendiri saat ini. Namun, pemicunya awal ketertarikannya adalah karena di tahun tersebut pertama kalinya saya mengenal teknologi blokchain seperi Bitcoin, dimana hal ini mengantarkan saya pada konsep metaverse di masa depan," ujar Imam kepada awak media dikawasan Salihara Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (9/7).


Setelah melihat bagaimana teknologi metaverse dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, Imam mengaku ingin membawa teknologi tersebut agar mampu digunakan oleh siswa di masa depan. Dia ingin membangun sebuah metaverse untuk pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang, dimana nantinya memberikan berbagai kemudahan dan solusi atas beberapa keterbatasan pendidikan saat ini.

"Selain itu, sebagai warga negara Indonesia saya ingin memberikan persembahan untuk bangsa ini dan harapannya bangsa kita dapat menjadi yang terdepan sebagai pengembang metaverse khususnya di bidang pendidikan, tidak lagi hanya menjadi konsumen ataupun pengikut negara lain," paparnya. Imam sendiri adalah pemenang penghargaan Nasional produk metaverse dari Dirjen Dikti (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi).

"Awal kompetisi ini saya sempat ragu karena ajang nasional dan juga metaverse merupakan teknologi baru. Namun dengan bekal menjadi salah satu pemenang membuat saya optimis untuk mencoba," katanya.

Imam menyebut, tantangan utama dalam membangun MGA ini adalah karena harus beradaptasi mengembangkan hal baru karena melihat peserta lain lebih bagus. Namun, hal ini juga menjadi kesempatan untuk belajar dan semakin membawa MGA ini menjadi lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun