Pemprov DKI Jakarta merekrut juru pemantau jentik (jumantik) cilik untuk memerangi nyamuk Aedes Aegypti atau nyamuk penyebab Demam Berdarah Degue (DBD). Agar menumbuhkan kesadaran terhadap bahayanya DBD dan dapat menurunkan kasus DBD di ibu kota. [caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Sumber: beritajakarta.com"][/caption] Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidajat mengatakan, pengetahuan mengenai bahaya DBD memang harus diberikan sejak dini. setidaknya ada 220 murid sekolah dasar (SD) yang direkrut untuk menjadi jumantik cilik. Mereka berasal dari 55 SD yang tersebar di lima wilayah kota di DKI Jakarta. "Jadi kalau anak-anak kita bergerak semuanya, terutama siswa SD, mereka itu kan asik sekali apabila dia dididik, diajari bagaimana cara menemukan jentik nyamuk DBD. Mudah-mudahan di Jakarta kasus DBD itu semakin menurun. Dan begitu musim demam berdarah, tidak sampai pada situasi kejadian luar biasa," ujar Djarot, usai pengenalan Jumantik Cilik, di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (23/4). Yakni pada tahun 2010 kasus DBD mencapai 19.285 kasus. Kemudian pada tahun 2011 turun drastis hanya terjadi 6.757 kasus dan tahun 2012 6.669 kasus.Namun pada tahun 2013, jumlah kasus kembali meningkat yakni terjadi 10.156 kasus. Sementara pada tahun 2014 turun menjadi 8.535 kasus, dengan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 11 orang. Namun harus diwaspadai siklus kejadian luar biasa (KLB) setiap lima tahunan. Wakil Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Husein Habsyi mengatakan, dengan memberdayakan Jumantik cilik sebagai agen perubahan perilaku bisa mengajak serta paling tidak dari anggota keluarga. Kegiatan ini sebagai upaya membantu Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi kasus DBD per tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H