Dunia sedang dalam masa transisi ke energi bersih. Energi bersih (clean energy) adalah istilah yang disematkan untuk produksi energi listrik yang tidak menghasilkan polutan atau pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, energi bersih hanya bisa dihasilkan oleh sumber-sumber terbarukan dan berkelanjutan seperti air, angin, panas bumi, sinar matahari, dan pengolahan sampah.
Negara-negara di dunia, terutama negara maju, telah mulai melakukan investasi besar-besaran untuk riset dan pengembangan teknologi energi bersih. Kesadaran akan kondisi bumi yang semakin tidak baik-baik saja memacu sektor publik dan swasta untuk beralih ke energi bersih.
Data dari International Energy Agency (IEA) tahun 2023 menunjukkan peningkatan pendanaan pemerintah yang melonjak dalam proyek-proyek energi bersih. Belanja pemerintah untuk energi bersih telah meningkat lebih dari 500 miliar dolar AS sejak Maret 2022. Total yang dialokasikan negara-negara untuk energi bersih sejak merebaknya pandemi COVID-19 itu dikabarkan mencapai lebih dari 1,2 triliun dolar AS.
Lonjakan ini, tidak bisa dipungkiri, dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Dunia sadar bahwa ketergantungan terhadap energi fosil, yang notabene sebagian besar dimiliki Rusia itu, harus dikurangi secara signifikan.
Berbagai skema teknis pelaksanaan pun disepakati, mulai dari pendanaan murni pemerintah, kerjasama pemerintah dengan swasta, kolaborasi antar pemerintah, dan pemberian kemudahan dan insentif terhadap pengembangan energi bersih.
Strategi insentif di berbagai negara
Inggris
Inggris, dalam tujuannya menuju negara super power dalam hal energi bersih pada tahun 2050, telah meluncurkan skema baru pada bulan Oktober 2024 untuk merangsang investasi pada energi bersih. Skema yang dinamai the Long Duration Electricity Storage (LDES) itu memberikan investor dukungan dana, teknologi, dan mengatasi hambatan-hambatan lain.
Jerman
Jerman membolehkan rumah tangga memproduksi energi terbarukan dan menjual kelebihannya ke jaringan listrik nasional. Jerman juga memberikan insentif pajak kepada pemilik rumah untuk melakukan renovasi hemat energi. Rumah tangga dapat mengklaim kembali 20% dari biaya renovasi hingga mencapai 44.000 dolar AS.
Amerika Serikat