Belakangan ini, program makan siang gratis jadi buah bibir di Indonesia. Program yang dicetuskan oleh pasangan capres Prabowo dan cawapres Gibran ini mungkin terasa asing bagi masyarakat Indonesia, sehingga tak jarang jadi gurauan.
Di luar negeri, kebijakan seperti ini bukanlah hal baru. Finlandia telah melakukan program makan siang gratis di sekolah-sekolah sejak 1943. Di India tahun 1995, di Brasil tahun 2009, dan New Zealand tahun 2019. Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Swedia, dan Estonia juga memiliki program serupa.
Tiap negara mungkin memiliki latar belakang, metode, dan cakupan yang berbeda-beda. Kali ini, kita coba tinjau pelaksanaan di New Zealand, sebuah negara maju di bagian paling selatan bumi yang pernah saya tinggali.
Ka Ora, Ka Ako
Program Healthy School Lunches (makan siang sehat di sekolah) New Zealand dimulai pada tahun 2020 semasa pemerintahan PM Jacinda Ardern. Pemerintah saat itu adalah koalisi Partai Buruh, Green, dan New Zealand First.
Program bernama Ka Ora, Ka Ako ini dimaksudkan untuk mengurangi kerawanan pangan anak-anak New Zealand dengan memberikan makan siang bergizi setiap hari. Ka Ora, Ka Ako dalam bahasa Maori (budaya penduduk asli New Zealand) berarti sehat dan sejahtera.
Ujicoba pertama dilakukan pada 120 sekolah dasar dan menengah (kelas 1-8). Awalnya, program ini menargetkan 21.000 anak pada tahun 2021 namun pandemi Covid-19 membuat pemerintah mempercepat bahkan memperluas cakupan hingga 214.000 anak di tahun 2020.
Pada September 2023, program ini telah menjangkau 230 ribu anak di 998 sekolah di seluruh New Zealand. Program ini seyogyanya berakhir di tahun 2023 namun diperpanjang hingga Desember 2024. Ada wacana melanjutkan dan ada pula yang mengkritisinya.
Latar belakang
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa negara semaju New Zealand masih menghadapi tantangan kesejahteraan. Menurut kajian mereka, 1 dari 5 anak New Zealand masih terkendala makanan bergizi. Masih ada anak-anak yang belum sarapan atau mengkonsumsi sarapan layak ketika mereka datang ke sekolah.
Penelitian menunjukkan bahwa kecukupan pangan bagi anak-anak dan remaja mendukung perkembangan dan pembelajaran anak; meningkatkan tingkat konsentrasi, perilaku, dan prestasi; mengurangi kesulitan keuangan keluarga; mengatasi hambatan partisipasi anak-anak dalam pendidikan, termasuk meningkatkan kehadiran di sekolah; dan meningkatkan kesehatan murid secara keseluruhan.
Itu sebabnya, sekolah negeri semacam Epuni Primary School, tempat anak saya belajar, menyediakan susu dan buah setiap pagi sebelum pelajaran dimulai. Di siang hari, makanan disediakan di hall bagi murid yang tidak membawa bekal. Praktik ini sudah berjalan bahkan sebelum program Ka Ora, Ka Ako diterapkan.