Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Latah Aplikasi Dalam Semangat Digital Government

11 Desember 2022   20:58 Diperbarui: 13 Januari 2023   12:43 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi internet (Gerd Altmann/Pixabay)

Dalam sepuluh tahun terakhir, organisasi pemerintah, baik di pusat maupun daerah membangun banyak layanan digital. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI menyebutkan setidaknya ada 24.400 aplikasi digital yang telah dibangun organisasi pemerintah di seluruh Indonesia (Hakim, 2022).

Pengalaman empiris menunjukkan bagaimana aplikasi digital seakan menjadi indikator inovasi, sampai-sampai diperlombakan. Fenomena ramai-ramai membangun aplikasi digital ini pun memunculkan kesan "latah" atau efek Bandwagon.

Efek Bandwagon adalah istilah untuk efek ikut-ikutan, yakni ketika seseorang ikut melakukan suatu hal tertentu karena banyak orang lain sedang melakukannya (tren). Ada beberapa faktor yang disinyalir mendorong fenomena "kelatahan" ini, yakni: semangat untuk berinovasi dari individu internal organisasi, tuntutan dalam pendidikan aparatur, dan upaya pemecahaan masalah.

Harus diakui bahwa banyak individu di organisasi pemerintah yang visioner, kreatif, dan tanggap perubahan sehingga bersemangat untuk melakukan inovasi berbasis digital. Kondisi ini biasanya terjadi pada pimpinan yang baru menjabat. Pada satu sisi, hal ini positif namun sisi negatifnya terlihat jika inovasi yang dilakukan tidak terencana dengan baik sehingga tidak terlaksana dengan baik pula.

Dorongan membangun aplikasi digital juga dipengaruhi tuntutan dalam program pendidikan dan pelatihan SDM. Pada diklat kepemimpinan tingkat IV PNS misalnya, peserta diwajibkan untuk merancang sebuah inovasi.

Kebijakan ini kemudian menjadi masalah ketika inovasi kadung diidentikkan dengan penggunaan Teknologi Informasi (TI), padahal seharusnya tidak demikian. 

Inovasi adalah ide dan gagasan untuk perubahan demi pemecahan masalah yang bisa diwujudkan dengan atau tanpa membangun aplikasi digital. Misalnya sistem kepegawaian baru, standar operasional yang ramah pengguna, hingga perubahan desain ruangan kantor untuk perubahan iklim kerja dan pelayanan.

Inovasi adalah ide dan gagasan untuk perubahan demi pemecahan masalah yang juga bisa diwujudkan tanpa membangun aplikasi digital.

Faktor terakhir yang mendorong pembangunan aplikasi digital pemerintah adalah upaya untuk memecahkan masalah (problem solving). Faktor ini harusnya benar-benar menjadi pusat kajian dalam merancang aplikasi digital.

Faktanya, banyak aplikasi digital pemerintah yang dibangun atas ide individu, entah itu prakarsa staf atau janji kampanye pemimpin. Sering prakarsa ini tidak diuji oleh kajian ilmiah, bahkan proses realisasinya relatif kilat. Bermunculanlah website dan aplikasi bernama awal "SI" atau "SIM" yang dibanggakan organisasi pemerintah.

Tidak berguna dan pemborosan

Dampak dari efek Bandwagon adalah ketidakefektifan. Ketidakefektifan dekat dengan pemborosan atau inefisiensi. Pembuatan aplikasi digital tentu menggunakan biaya yang tidak sedikit. Jika tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak memberikan manfaat, maka aplikasi tersebut tidak efisien dan pemborosan anggaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun