Akun Bjorka membuat heboh Indonesia di bulan September 2022. Dia mengaku meretas miliaran data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. Sebenarnya dia hanya daftar tambahan dari deretan pembuat gaduh dunia siber tanah air. Ya, sejarah mencatat beberapa pengaku hacker yang pernah membuat gaduh tanah air karena ulah serupa.
Hacker adalah sebutan untuk orang yang secara teknis menjebol sistem keamanan komputer (hacking), baik untuk tujuan positif maupun negatif. Bjorka dan deretan nama pembuat gaduh dunia siber lain sebenarnya belum tentu pelaku hacking, sebab sekali data dicuri, maka yang data tersebut bisa jadi "mainan" siapa saja.
Pencurian data siber (cyber exploitation atau data breaches) adalah salah satu bentuk kejahatan siber. Bentuk kejahatan lain adalah cyberattack yaitu penyusupan dan perusakan sebuah sistem pemrograman (National Research Council, 2014).
Meski pemerintah menyatakan bahwa data yang dibocorkan Bjorka bukanlah rahasia, keamanan siber harus jadi perhatian serius pemerintah. Sama seriusnya dengan pengelolaan kehidupan masyarakat di dunia nyata karena ada hak-hak pribadi di sana.
Esai ini tidak membahas peraturan atau teknis teknologi informasi tetapi hal yang justru menghasilkan keduanya, yakni kebijakan publik.
Tambang data
Cyber exploitation bukanlah hal baru. Di awal-awal internet menyerbu kehidupan masyarakat, yakni di akhir tahun 90an dan awal 2000an, kita sering mendengar pembobolan kartu kredit yang dilakukan para pelajar. Mereka pun pamer barang-barang keren yang dibeli dengan uang orang lain.
Sebenarnya, kalau hanya pencurian data pribadi seperti nomor telepon dan alamat, sejak jaman kakek-nenek kita juga sudah terjadi. Salin saja buku kuning alias Yellow Pages-nya perusahaan telekomunikasi.Â
Dulu, para lelaki suka melakukan investigasi receh itu untuk mengetahui alamat atau nomor telepon perempuan yang ditaksir.
Namun seiring kehidupan manusia yang sudah "bermigrasi" ke dunia siber, data-data pribadi yang "diumbar" lebih lengkap lagi. Data bahkan detail sampai ke daftar keluarga, keuangan, kebiasaan, dan jejak kehidupan sehari-hari.
Jejak kehidupan ini bisa luas cakupannya, seperti foto, video, rute perjalanan sehari-hari, tempat-tempat yang biasa dikunjungi, nomor telepon yang sering berhubungan, situs yang sering dikunjungi, peminatan produk, jadwal kerja, pokoknya semua aspek kehidupan yang bersentuhan dengan internet.