Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ dan melayani publik di Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dog Poo dan Keadilan Sosial

8 Juni 2021   20:46 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:57 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pog bag/New York Times

Anjing adalah salah satu hewan peliharaan yang sangat digemari. Selain lucu dan setia, anjing juga penjaga rumah yang baik. Sudah banyak kisah-kisah mengagumkan tentang kesetiaan dan kepahlawanan anjing. Tak heran jika banyak orang yang menganggap anjing bak sahabat dan tinggal bersama di dalam rumah.

Penelitian memang menunjukkan adanya kontribusi anjing terhadap stress release manusia. Pemilik memperoleh kebahagiaan dari kelucuan, kesetiaan, dan jasa proteksi anjing-anjing peliharaannya. Beberapa orang "membeli" kebanggaan dengan ras-ras anjing tertentu yang eksotis dan berharga mahal.

Keseimbangan hak dan kewajiban

Tetapi diantara hal-hal yang menyenangkan seperti di atas, ada satu hal yang paling tidak mengenakkan dari seekor anjing, yaitu tahi atau poo-nya. Anjing adalah mahluk hidup yang memiliki sistem metabolisme sehingga harus buang air secara berkala.

Oleh karena itu, pemilik juga harus siap dengan urusan poo karena itu adalah paket yang tak terpisahkan dalam memelihara anjing, seperti juga memandikan dan merawat kesehatannya. Dimana ada hak, di situ tentu ada kewajiban.

Dengan segala kesenangan dan manfaat yang kita nikmati dari anjing peliharaan, rasanya kok tidak fair ya, kalau hal yang tidak menyenangkan itu, poo-nya, jadi bagian orang lain. Kelucuan, kesetiaan, dan jasa penjagaannya kita nikmati di dalam rumah, lalu poo-nya kita sebar di luar rumah.

Kita melepas doggy atau sengaja membawanya keluar agar poo-nya terbuang jauh dari rumah, tidak terlihat, dan tidak tercium. Lalu si anjing kembali ke rumah untuk memberi kita hal-hal yang menyenangkan. Padahal, poo-nya yang terbuang sembarangan di luar sana bisa jadi musibah besar bagi orang yang menginjaknya. Coba ingat pengalaman kita yang pernah menginjak gituan seperti di lagu Nonton Bioskop-nya Benyamin S. Ngeselin banget, kan?

Poo yang teronggok di jalan juga sering tergilas ban mobil akhirnya dibawa masuk ke garasi. Iya kalau rumahnya gedongan dan punya garasi khusus. Banyak di antara kita memarkirkan mobil di teras bahkan ada yang masuk ke dalam rumah, biasanya rumah yang berbentuk pertokoan. Bayangkan, semerbak apa coba, baunya? Akhirnya kita harus kerja ekstra untuk menemukan titik poo menempel lalu menghabiskan sekian waktu lagi untuk membersihkannya.

Aktivitas bersepeda, jogging, atau jalan pagi jadi tidak asyik kalo berhadapan dengan dog poo, setidaknya harus pakai mode zig-zag untuk menghindari. Tahi yang terbuka juga akan dihinggapi lalat yang bukan tak mungkin masuk ke rumah lalu nangkring di makanan. Tidak fair, bukan? Ini memang soal fairness.

Di negara-negara maju, setiap pemilik wajib mengutip tahi anjingnya jika poop alias buang air besar di ruang publik. Tentu tidak dengan tangan telanjang, mereka mengutipnya menggunakan kantong plastik (poo bag) yang dipegang terbalik sehingga bisa langsung ditutup lalu dibuang ke tempat sampah.

Di Selandia Baru misalnya, hampir setiap hari ada anjing-anjing dibawa pemiliknya sekedar berjalan atau bermain di ruang-ruang terbuka yang bertebaran di segala penjuru negeri itu. Namanya anjing, mereka sewaktu-waktu bisa poop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun