Dua laga ujicoba Timnas U-19 di Kroasia, membuka memori saya saat-saat PSSI menunjuk Shin Tae-yong akhir 2019 lalu. Bukan, bukan tentang kualitas teknisnya yang saya catat di sini, tetapi tentang momentum Timnas yang terganggu oleh kebijakan PSSI sendiri.Â
Diluar Simon McMenemy yang cuma diberi kesempatan seumur jagung, pelatih-pelatih timnas sebelumnya terhitung berhasil membawa nama Indonesia di masing-masing tingkatan umur.
Luis Milla, meski belum menghadirkan trofi, cukup berhasil membawa timnas U-22 ke semifinal SEA GAMES 2017 dan meraih medali perunggu. Selain permainan tim, sikap Luis Milla pun mampu memikat hati publik sehingga ia dikenang sebagai salah satu pelatih asing timnas terklop (saya tidak menggunakan kata "terbaik"). Almarhum Alfred Riedle adalah satu diantaranya.
Indra Sjafri tak perlu dibantah lagi. Polesan tangannya menghasilkan permainan atraktif timnas U-19 sejak generasi Evan Dimas hingga Egy Maulana Vikri.Â
Permainan ala tiki-taka Spanyol bisa dipertontonkan anak-anak asuhannya. Bergiliran pemain binaanya pun mencicipi klub-klub Eropa. Dua gelar Piala AFF U-19 di tahun 2013 dan Piala AFF U-22 di tahun 2019 menjadi bukti sahih pekerjaan Indra.
Satu lagi pelatih timnas di tingkat U-16 adalah Fakhri Husaini. Secara perlahan tapi pasti, ia berhasil membentuk timnas remaja yang kuat di Asia Tenggara. Memulai karir pelatih timnas pada 2014, ia pun menghadiahkan Piala AFF U-16 2018 bagi pecinta sepakbola nasional yang haus prestasi.
Sayang, belum menguap euforia juara-juara AFF tersebut, Fakhri dan Indra yang bergeliman presetasi itu dilengserkan PSSI. Aneh tapi nyata, begitulah sepakbola nasional.Â
Sementara Luis masih membuka peluang kembali menangani timnas senior, PSSI ternyata lebih tertarik dengan janji nekat Shin Tae-yong yang menjamin trofi AFF 2020.Â
Garansi yang jarang diucapkan pelatih-pelatih hebat sekali pun. Sebab semua tahu, juara dalam kompetisi apalagi turnamen itu sangat sulit diprediksi dan membangun tim itu butuh proses. Luis Milla bahkan berkomentar bahwa adalah kebohongan jika seorang pelatih berani menjanjikan trofi, dalam waktu singkat pula!
Demikianlah sejarah telah ditulis. Shin Tae-yong menduduki kursi pelatih kepala timnas Indonesia sejak akhir Desember 2019. Anehnya, diralat..., menariknya, dia diberi mandat menduduki tiga kursi sekaligus! Pelatih kepala timnas senior, U-19 dan U-16.Â
Luar biasa... padahal, di negara-negara manapun, lazimnya masing-masing tingkatan usia itu ditanggungjawabi oleh orang yang berbeda, baik di timnas maupun klub.Â