Mohon tunggu...
Usaha Desa
Usaha Desa Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Desa Lamalera, Dimana Cinta Berlabuh

4 Desember 2015   19:45 Diperbarui: 4 Desember 2015   20:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Wisata Desa Lamalera, Dimana Cinta Berlabuh"][/caption]

Lamalera. Mungkin nama itu masih asing di telinga banyak orang. Termasuk di telinga para pelaku wisata desa. Dimana persisnya Lamalera, mungkin juga belum banyak orang tahu saking terpencilnya pulau itu. Untuk mencapai Lamalera, kita harus melewati 3 jenis perjalanan sekaligus. Udara, darat, dan laut. Jika kita berangkat dari Jakarta, ada beberapa alternatif rute.

Perjalanan ke Lamalera

Pertama dari Jakarta ke Denpasar lalu dilanjutkan dengan pesawat kecil dari Denpasar ke Maumere dengan waktu penerbangan sekitar 2 jam. Waktu untuk menempuh perjalanan jalur udara kurang lebih 4 jam dari Jakarta sampai Maumere. Route lain adalah Jakarta-Kupang-Maumere dengan waktu tempuh kurang lebih sama.

Setiba di Maumere di siang hari, sempatkanlah makan siang dengan porsi ekstra karena Anda akan menempuh perjalanan darat menuju Larantuka selama sekitar 3-4 jam dengan mobil sewaan. Jalannya mendaki dan berkelok-kelok dengan sebagian besar daerah masih hutan dan bukit-bukit. Dan pengemudi harus ekstra hati-hati dalam berkendara karena selain jalannya kecil dan berkelok-kelok juga kerap ada sepeda motor parkir di posisi memakan badan jalan. Di Maumere kita bisa memilih makan siang ikan laut di pinggir pantai atau rumah makan biasa di tengah kota. Harganya lumayan mahal, makan 5 orang di rumah makan pinggir pantai dengan menu ikan bakar atau goreng, akan membuat kita merogeh kocek setidaknya Rp. 500.000,-

Dari Larantuka, perjalanan dilanjutkan melalui rute laut. Ada kapal feri tapi tak selalu ada pemberangkatan dari Larantuka sehingga pilihannya adalah menyewa perahu nelayan bermesin Johnson yang disebut pledang. Satu pledang bisa muat 6 sampai 8 orang plus barang bawaan. Harga sewanya sekali jalan sekitar Rp. 700.000,- sampai 1.000.000,- Ya, pledang memang hanya perahu nelayan kecil, jadi siapkanlah mental untuk mengarungi lautan lepas bak nelayan sejati yang siap menghadapi ombak dan badai ketika melaut. Jika lancar, kita akan sampai di pantai Lamalera setelah mengarungi lautan selama 3-4 jam. Namun jika cuaca kurang bersahabat, perjalanan bisa lebih panjang 2-3 jam dari seharusnya.

Hati Penuh Cinta Para Nelayan

Tak banyak wisatawan lokal maupun asing di Lamalera. Mungkin karena letaknya yang sangat terpencil atau mungkin juga karena masyarakat ingin menjaga keperawanan alam mereka, laut mereka. Tak ada penginapan, tak ada restoran. Kita harus home stay di rumah penduduk dan makan sederhana masakan rumah. Wisatawan yang mencari ketenangan dan ingin merasakan back to nature sajalah yang datang ke Lamalera. Bagi yang beragama Katolik, Lamalera juga menarik karena kehidupan masyarakatnya yang mayoritas Katolik dan ritual-ritual adatnya yang menyatu dengan agama. Bagi turis yang ingin hura-hura, tak ada night live sedikitpun di Lamalera. Hanya ada nelayan-nelayan Lamalera yang menanti datangnya seekor paus dengan penuh harapan dan cinta.

Ya, di Lamalera kita akan menyadari betapa pentingnya sebuah harapan. Menunggu seekor paus memasuki wilayah laut mereka adalah penantian yang tak bisa ditebak ujungnya. Tanpa harapan dan keyakinan yang kuat, para nelayan akan merana dan putus asa. Tapi nelayan Lamalera tak merana dan tak putus asa karena mereka percaya. Mereka yakin pada harapan mereka. Harapan dengan dasar keyakinan. Itulah yang ada di hati para nelayan. Harapan yang terus dihidupkan di hati yang penuh ketulusan dan cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun