Bagi para kepala desa tahun 2017 adalah saat yang ditunggu sekaligus mengkawatirkan. Itulah tahun yang akan menandai dimulainya era baru bagi desa, kelahiran BUMDesa di hampir seluruh desa di sekujur nusantara. Masalahnya, serombongan kendala masih membayangi kelahiran sang jabang yang digadang bakal merubah nasib desa itu.
Lemahnya akses menuju pasar bagi produk-produk mereka adalah salahsatu masalah krusial yang masih terjadi hingga saat ini. Belum lagi masalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), daya saing produk yang masih lemah dan lain-lain. Padahal mereka bakal mengoperasionalkan dana yang jumahnya tidak sedikit, ratusan juta. Adakah strategi mengatasi deretan masalah tadi? Ada, namanya internet dan beragam kendala tadi bisa selesai secara cepat. Caranya?
Seperti yang dilakukan Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, ketika kepala desa lain mengernyitkan dahi memikirkan apa yang akan dilakukan BUMDesa-nya, Panggungharjo sudah melangkah jauh dengan melahirkan toko modern, menjual produk desanya secara offline mapun online.
Toko bernama Swadesa itu lahir berkat kerja sama desa terbaik se-Indonesia itu dengan PT Usaha Desa Sejahtera, sebuah perusahaan internet yang fokus menjual produk desa dan UMKM melalui pasar online www.usahadesa.com. Berkolaborasi dengan SPBU di desa ini, toko Swadesa berdiri di komplek pom bensin. Inilah Swadesa pertama di Indonesia.
Swadesa dalah terobosan kesekian bagi desa ini. Sebelumnya BUMDesa Panggungharjo telah mencatat sukses dengan Bank Sampah, pengolahan limbah minyak goreng hingga menjual beras kualitas unggul hasil dari pengembangan pertaniannya. Yang unik pada Swadesa karena hampir seluruh produk desa yang dipajang di toko itu juga bisa didapatkan dengan transaksi onine dimanapun di seluruh dunia ini. Hebat bukan?
Bagi Panggungharjo, kelahiran Swadesa adalah lompatan bagi warganya agar bisa memasuki pasar nan luas dan menciptakan daya saing dengan produk-produk lain secara nyata. Faktanya, banyak produk unik dari desa ini yang menarik minat banyak pengunjungnya baik offline maupun online. Bolehlah disebut Panggungharjo adalah BUMDes yang membuktikan diri bahwa desa bisa menkonsolidir dirinya memasuki dunia online yang serba canggih itu.
Bagi Usahadesa.com, kolaborasi dengan Panggungharjo semakin mengukuhkan dirinya sebagai perusahaan jual beli yang fokus pada penjualan produk online maupun online dengan melibatkan masyarakat produsen secara langsung. “ Sistem ini membuat kami bisa menawarkan barang otentik buatan produsen langsung pada pembeli. Sehingga memotong rantai distribusi yang selama ini menguasai pasar dan ketimpangan penghasilan bagi para produsennya,” kata Managing Director PT Usaha Desa Sejahtera Mohammad Najib.
Bagi stasiun pengisian bahan bakar ini, kehadiran Swadesa tentu saja membuatnya menjadi SPBU pertama yang memiliki ruang pemberdayaan konkrit buat masyarakat sekitar SPBU secara ekonomi. Erwan, pengelola SPBU menyatakan pihaknya sangat mendukung konsep Swadesa.” Sangat unik, saya kira belum ada pom bensin yang punya ikon seperti ini. Lagipula secara konkrit Swadesa mewadahi produk warga desa, membuat kehadiran SPBU memiliki fungsi sosial yang nyata selain sebagai tempat penjualan bahan bakar untuk kendaraan,” katanya.
Kini, warga Desa Panggungharjo tidak perlu pusing lagi memikirkan bagaimana menjual produk mereka. Heru, salahsatu pengrajib topeng kayu menyatakan, dirinya sama sekali tidak paham internet.”
Apalagi jualan melalui internet. Tapi teman-teman pengelola Swadesa membantu saya sehingga kini bisa menjual langsung ke Swadesa. Saya cukup fokus pada produksi saja,” katanya. Selama ini Heru membuat topeng untuk disetorkan pada orang lain yang kemudian menjualkannya. “ Sekarang saya bisa membuat topeng sendiri lalu menjual sendiri. Hasilnya jauh lebih besar tentu saja,” katanya. (aryadji)
Baca juga: BUMDesa 'Bermain' di Dunia Maya, Kenapa Tidak?