Mohon tunggu...
Usaha Desa
Usaha Desa Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengolah Gurita Jadi Kerupuk

4 Januari 2016   08:35 Diperbarui: 4 Januari 2016   08:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Berdaya dengan Kerupuk Gurita"][/caption]

Pernahkah Anda mencicipi kerupuk gurita? Barangkali jika Anda orang Bengkulu sudah tak asing lagi dengan kerupuk Gurita. "Produk Kerupuk Gurita memang masih merupakan produk baru. Selama ini masyarakat hanya mengenal kerupuk berbahan baku udang dan ikan. Padahal kerupuk gurita juga tak kalah enaknya dibanding kerupuk udang atau ikan tengiri," tutur Novi saat dihubungi Berdesa.com, Selasa (29/12). Novi adalah salah satu penggagas awal pembuat kerupuk gurita. Nama lengkapnya Novi Juspitasari, peserta Program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP3) Propinsi Bengkulu mencoba mengolah gurita menjadi kerupuk.

Kerupuk Gurita banyak diproduksi di Kabupaten Kaur yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu. Kabupaten Kaur dikenal memiliki potensi perikanan melimpah. Gurita, hewan sejenis moluska menjadi salah satu komoditas andalannya. Selama ini, gurita diolah menjadi aneka macam kuliner seperti gulai, rendang atau sate. Tentu gurita olahan ini merupakan makanan lezat dan bergizi tinggi sebagaimana umumnya ikan-ikan segar dari lautan yang mengandung protein tinggi.

Terbukti apa yang dikatakan Novi tentang potensi kerupuk gurita benar adanya. Kerupuk gurita disambut baik oleh masyarakat setempat maupun para wisatawan. Menurut Novi, konsumen justru banyak membeli kerupuk gurita yang masih mentah. Adapun harga kerupuk gurita dibanderol sebesar Rp. 70.000,00 per kilogramnya. Namun demikian, ia tak menolak apabila konsumen membeli kurang dari satu kilogram.

"Terkadang ada juga yang beli kerupuk gurita seharga Rp. 8000 atau Rp. 10.000. Ya, saya kasih saja," ungkapnya. Dengan kata lain, Novi menjual secara eceran kerupuk gurita yang diproduksinya. Dalam proses produksi, ia menggandeng warga Desa Tanjung Aur 1. Adapun tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat setempat sekaligus mengurangi angka pengangguran.

Baca Juga:

Berdaya dengan Kerupuk Gurita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun