Salahku "bersekolah"
Ramli masih termenung, diatas kasur tipis dalam kamar kumuh kosannya. Dinding sekekliling kamarnya tertempel beberapa poster bergambarkan motor idamannya, motor gede yang sudah lama Ia idam-idamkan untuk ditungganginya.
Ia masih belum percaya bahwa Dirinya kali ini benar-benar tidak akan bersama dengan teman-temannya, teman sekelasnya dikampus. Ia masih terus berfikir, mungkinkah ini nyata? Kenapa seperti ini? Apakah ini semua kesalahanku?
Pagi ini mereka berangkat, Study Tour untuk berkeliling melihat peninggalan-peninggalan sejarah yang diwariskan oleh para pendahulu kepada bangsa Indonesia. Borobudur tentunya menjadi salah satu tempat utama yang akan menjadi tempat favorit untuk dikunjungi di tanah jawa, salah satu peninggalan sejarah terbesar di negeri ini.
Sayangnya ramli tak akan berada diantara mereka, diantara para mahasiswa muda yang akan berangkat menjelajahi peninggalan sejarah tanah jawa. Ia bukannya tak ingin, keinginannya untuk ikut bahkan lebih besar dibanding dengan teman-temannya yang lain. Namun apa daya inilah yang harus terjadi, Ia dalam kamar dengan perasaan yang hampa.
****
“dua bulan kedepan kita akan berangkat ke Jawa dan Bali, kita akan mempelajari lebih dalam mengenai peninggalan sejarah ditanah jawa, kemudian kita lanjutkan liburan ke bali” ucap pak Salman dihadapan mahasiswa didalam kelasnya.
Sebagian besar mahasiswa dalam kelas itu bersorak gembira, sebagian lagi hanya diam seolah tak mendengar apa-apa
“ketua tingkat silahkan bentuk kepanitiaannya kemudian lakukan segala persiapan yang dibutuhkan” lanjut pak Salman
“baik pak” ucap cama sendu
Pak Salman pun meninggalkan kelas dengan wajah sumbringah, seolah telah menang lotere.