Mohon tunggu...
Raendy TiaWarman
Raendy TiaWarman Mohon Tunggu... -

Akun baru kompasiana.com/raendytiawarman. tak ada beda sama aja manusianya..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Ini Beda Kasta

1 Mei 2014   17:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua kisah berasal dari pertemuan, Memang bukan pertemuan yang pertama setelah sekian lama tak pernah bertemu setelah beberapa tahun lamanya.

Jangankan bertemu dan tatap muka, berkomunikasi melalui telfon selular maupun aplikasi chat lainnya di era se-modern ini pun tak pernah. Awalnya bahkan sampai saat inipun masih abu-abu dan selalu menjadi pertanyaan besar "Apa benar perasaan ini tercipta alami atau hanya aku buat-buat sendiri?"

Sadar atau tidak sadar akibat dari frekuensi tatap muka semakin intens semakin membuat perasaan ini tumbuh subur dan membesar bukan karena sering dipupuki dan disirami sekalipun.

Inilah perasaan manusia yang manusiawi merasakan kenyaman, ketertarikan terhadap lawan jenisnya yang menurutnya menarik dan berbeda. Kelancangan sifat manusia menaruh perasaannya kadang kala membawa fikirannya tidak rasional bahkan tak masuk akal! "Siapakah aku ini!!!" disepanjang kisah ini berjalan masih ada masalah besar lainnya yang membuat sedikit gundah. Bukan karena dia saja tetapi bagaimana dengan teman-teman yang lainnya yang sejak awal selalu bersama-sama dalam hal apapun dan tetiba saja mengetahui ada cinta di salah satu dari kita? lagi pula perasaan sampai saat ini menjadi perbincangan antara otak kanan otak kiri tentang kebenaran perasaan ini.

Jangan pernah main-main dengan perasaan karena perasaan bukan permainan. Rasa kerinduan dan kenyamanan menyikapi setiap pertemuan terus saja bertumpuk-tumpuk dan semakin besar entah sampai kapan akhirnya tak cukup lagi space untuk menahannya.

Itulah pemikiran manusia yang tak selalu sama memiliki perbedaan seperti apa yang aku alami. Mungkin terlalu dini perasaan ini tumbuh? apa mungkin terlalu banyak pertimbangan dalam memutuskan satu langkah untuk memutuskan?.

CINTA BEDA KASTA inilah kata yang menjadi sebuah awalan dari segala sub masalah otak sampai hari ini. "Siapakah aku?" "dari manakah aku?" ditambah lagi dengan keadaan sekarang ini aku seperti apa? "jangan terlalu berharap??". membumbung tinggi sebelumnya dalam melakukan sikap untuk lanjutkan langkah selalu berfikir "Apakah dia nanti akan bahagia??" jangankan membahagiakan orang lain untuk diri sendiri saja aku PAYAH lebih baik terus memendam dan memilih menyadarkan diri sendiri saja dari pada kata SADAR itu dirangkai orang lain.

Sejenak terdiam dalam helaan nafaspun dia selalu datang tanpa sekalipun aku meminta. Ini CINTA tapi harus digaris bawahi cinta ini bukan hal yang pertama aku alami dia cinta yang sekian kalinya. Dia penyulut semangat yang baru dan dia sungguh sangat luar biasa dan berbeda dengan sebelum-sebelumnya yang pernah aku rasakan perasaannya. Tapi sekali lagi menuntun satu rangkuman besar sub pokok dilema cinta beda kasta ini.

Buat aku dengan kapasitas yang aku punyai untuk saat ini sangat tidak memadai. aku begitu kecil sangat kecil, aku bagai dihadapkan dengan tembok besar. Bila aku memaksa untuk maju harus ku hancurkan tembok itu dengan kekuatan yang sudah jelas tak cukup mampu terus maju.

Rasa kekaguman terhadap sifatnya terus saja terus menerus menyerang. Mengapa dia hadir disaat aku sedang terjatuh dititik terendah selama perjalanan hidupku? "mengapa!!!" ditambah lagi status sosial dia di lingkungannya. Sungguh jauh berbeda dengan diriku bagai langit dengan inti bumi. Jauh dan sangat jauh dalamnya.

Kucoba menghindar namun tak ada tempat selalu mengingatkanku pada dirimu, Mata ini sulit terpejam jantung bedegup kencang saat bersamanya. Waktu terus berlalu dan kau tetap dibenakku kupertahankan sesakku dalam setiap luka tak terbesit ku mengalah walaupun aku akan kecewa akhirnya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun