Mohon tunggu...
Raendy TiaWarman
Raendy TiaWarman Mohon Tunggu... -

Akun baru kompasiana.com/raendytiawarman. tak ada beda sama aja manusianya..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Beda Kasta Part II

1 Maret 2015   02:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Segenggam luka dihati datang dan terus datang tanpa mau menghilang, dan aku takkan bisa lepas dan aku semakin terhempas.

Awan memerah bagaikan ingin hujan tapi apa kata nyata, hujan tak mampu ingin datang malam ini. Dan sekali lagi tak bisa lepas dan aku akan terus menerus terhempas.

Sendiri hadapi pelih tertatih melangkah tak tau pasti kemana langkah ini. Ulurkan tanganmu yang pernah saling menggenggam kini aku sedang terjatuh dilubang teramat dalam tentang "Kerinduan".

Harapan asa akan lebih baik saat terbangun (Harapanku) tapi ternyata itu berbeda nyatanya. Sendiriku menuju sunyi hingga yang tersisa hanya asa yang tak tau juntrungannya.

"Cinta Beda Kasta" awalannya aku tau akan berakhir pelih seperti ini tapi hati tetap tak bisa aku bohongi. Coba untuk aku jalani beranikan diri saat itu untuk memiliki dan akhirnya berakhir bencana, cukup sekian kisah Cinta Beda Kasta ini berjalan. Banyak hal-hal tertentu yang membuat hubungan itu tak sehat. Dari keegoisanku tentang rasa cinta yang berlebih dan gaya hidup satu sama yang lain begitu kontras, kata teman baikku aku berubah 180° seperti sapi yang dicucuk hidungnya bila saat bersama dia.

Bantahanku keras tentang sapi yang dicucuk itu karena itu bukan masalah terbesar kekandasan hubungan Cinta Beda Kasta ini. Banyak hal yang tidak singkron dalam perjalanannya terutama masalah gaya hidup dan teman-teman masing-masing beserta kebiasaannya dalam bersosialisasi sesamanya. Sungguh tidak sejajar itu buatku enggan tuk terus jalani ini yes "Gaya Berhidup" kita benar-benar berbeda tentang berhidup sayang. Anak kota dengan anak desa jauh sungguh berbeda cara nafasnya.

Belum lagi beralih tentang masalah keluarga kita nantinya yang pasti menentang keras hubungan ini jika memang takdir menyatukan. Tapi nantilah masalah keluarga itu terlalu jauh harus berganti - ganti koridor jika kita menggunakan busway.

Pertama dan jadi masalah berat saat itu benar-benar rumit karena pada dasarnya otak kita berdua sama-sama keras bagai batu akik yang masih berbentuk bongkahan. Terlalu banyak gesekan-gesekan tentang cara berfikir yang mengakibatkan emosi jadi jalan keluar yang harus ditapaki, sungguh rumit untuk di ketik disini.

Tapi sungguh rasa rindu ini tak bisa bersembunyi lagi walaupun sudah selama ini berpisah tidak lagi menjalin hubungan dekat. Jujur dibilang masih sayang "iya" tapi entahlah perasaan dia mungkin memang awalnya dia tak sepertiku yang benar-benar serius tentang percintaan ini. Hanya kerinduan dalam hati yang bisa kunikmati tanpa mampu untuk ungkapi, biarlah porsinya seperti ini terlalu besar perbedaannya pasti nanti jika benar-benar aku usahakan tuk dekatinya lagi. Kurasa cukup sebegitu saja kupernah merasakan cinta darinya akupun ingin sadarkan diri tentang "Siapakah Aku Ini".

Kini yang kubisa hanya senang dan relakan lihatnya bahagia disana dan pelajarannya buatku untuk lebih dewasa. Kau tinggalkan cerita yang terindah yang pernah ada, tidurlah dan ucapkan selamat tinggal dan tangisi saja semua karena tak ada lagi yang tersisa beserta apapun itu yang tak pernah sanggup aku berikan. Tak perlu kau menoleh lagi, temukan jalanmu mungkin ini pilihan jalanmu untuk temukan jalan yang terbaik versimu.

Kini kucoba menghindar namun tak ada tempat untuk tidak mengingatmu. Jantung ini berdegub kencang seperti permainan apa ini sebenarnya. Tak pernah ada rasa yang sama seperti kau permainkan aku walau aku merasa kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun