Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menikah (Bukan) karena Sudah Tua

21 Oktober 2021   13:50 Diperbarui: 21 Oktober 2021   13:55 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ibu masih hidup, ada seorang mbak yang kos di rumah Lampung. Beliau cukup lama kos di rumah. Sudah jadi "anak andalan" ibu, pengganti saya di rantau.

Si mbak ini pendengar setia sebuah radio terkenal di Lampung.
Pas program minta lagu dan kirim salam, dia tidak pernah absen menelepon lewat wartel di depan.
Mungkin karena seringnya, beliau jadi terkenal dan nyaris tidak pernah lupa disapa penyiarnya. Bahkan beberapa pendengar radio lain juga sering menyapanya meski mereka belum pernah kenal.

Salah satunya ada seorang bapak-bapak yang usianya sekitar 10 tahun lebih tua dari usia si mbak.
Bapak ini intens mengirim salam dan lagu buat si mbak. Sampai akhirnya mereka kopi darat.
Kata ibu waktu itu, berapa kali si bapak datang ke rumah.
Waktu itu ibu belum tahu status hubungan mereka.
Tapi, baik ibu maupun anak kos lain sudah wanti-wanti supaya si mbak hati-hati.
Feeling mereka ada sesuatu dengan bapak itu.

Sayangnya si mbak nggak peduli.
Rupanya mereka sudah jadian dan berencana menikah meski baru berapa bulan kenal.
Ternyata keluarga si mbak juga nggak merestui. Cuman, keduanya kekeuh.
Keluarganya sebenarnya sudah menangkap gelagat aneh karena si mbak begitu nurut serta percaya saja dengan semua omongan si bapak. Padahal ada beberapa hal menurut mereka nggak singkron.

Saya nggak ngikutin lagi, tahu-tahu ada kabar si mbak sakit-sakitan di rumah mereka. Sedihnya, meski sakit, si mbak tetap kudu kerja karena suaminya nggak kerja dan mereka hidup bersama anak bawaan dari si bapak.
Lebih sedih lagi, dengar kabar si bapak menikah lagi, meninggalkan si mbak dan anaknya.

Akhirnya si mbak dibawa keluarganya pulang kampung.
Di sana berangsur-angsur kesehatannya sembuh. Ingatannya seperti pulih.
Hanya saja, karena sakitnya selama dengan si bapak itu sudah rada parah, si mbak hanya bertahan sekitar 2 tahun kurang lalu harus meninggalkan semua buat selamanya.
Ibu sempat menangis, nggak percaya.

Konon si bapak memang menggunakan "sesuatu" demi mengincar perempuan-perempuan yang mencari pasangan dengan alasan sudah usianya. Entah gimana, perempuan itu bisa tertarik dengan si bapak dan terima saja dijanjikan apa pun.

Sedih juga kalau ingat ini.
Apalagi berpulangnya si mbak, hitungannya masih muda.
Meski saat ia menikah dianggap sudah tua.

Damai abadi di sana Mbak Lia...
#katanjar #anj2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun