Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sang Pencipta Punya Cara

17 September 2021   08:20 Diperbarui: 17 September 2021   08:24 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa sahabat yang sudah berkeluaga lama, merindukan kehadiran anak sejak awal perkawinan mereka. Oleh karena banyak penyebab, hingga tahun sekian perkawinan mereka, yang diinginkan itu belum datang juga.

Segala cara dilakukan.
Ada yang dengan cara tradisional, modern, relijius dan juga ada yang menunggu saja.
Diantara mereka ada yang dengan ketulusan hati dan rasa cinta yang demikian besar bagi calon anaknya, bersedia menghadirkan si anak itu dari rahim orang lain.
Dengan kata lain, mengadopsi anak.
Mungkin awalnya kagok, bingung dan rasa lain sebab biar gimana anak yang hadir di keluarga mereka masih berasa asing.
Bukan bagian langsung dari keduanya.

Seiring waktu dan usia, anak-anak yang nyatanya mampu menghapus kerinduan sekian lama itu malah demikian dekat. Bahkan ada yang mirip banget dengan orang tuanya kini yang notanebe bukan orang tua kandung.

Kasih sayang berlimpah ruah tak terhingga.
Kepada semua orang yang ditemui, tanpa ragu pun diperkenalkan sebagai "Anak saya".
Sang anak pun nampak mengerti bahwa kasih sayang orang tuanya itu tulus dan berlimpah ruah. Maka pertumbuhannya atau prestasi diri selalu memberi kebanggaan.

Di sisi lain, saya pun tahu beberapa teman atau adik yang "tidak sengaja" memiliki anak di luar perkawinan.
Ada yang langsung menikah secara sah, ada yang ditangguhkan atau malah ditinggalkan begitu saja.
Padahal anak dan pacarnya itu butuh kehadirannya. Bukan sekadar sebagai pasangan sah saja, tetapi untuk sama-sama memberi kasih sayang dan bertanggungjawab kepada si jabang bayi.

Cerita-cerita itu suka menjadi pikiran melintas, kenapa ya harus begitu? Satu sisi begitu mendamba, sisi lain justru seperti disia-siakan.
Apakah memang demikian Sang Pencipta ingin menyatakan jalan dan cerita hidup kepada masing-masing anakNya?

Lalu... Mampu dan maukah kita menerima cerita yang diberikan?
(berad yang bagian ini nih...)

#katanjar #anj2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun