Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Masalah Lewat dengan Melewatinya

30 Agustus 2021   14:57 Diperbarui: 30 Agustus 2021   16:26 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dan pengolahan dokpri 

Dengan gaji saya waktu itu, saya kudu berhemat banget agar bisa bertahan hidup. Termasuk mencari tempat makan yang murah meriah.
Biar pasti dong sesekali menyenangkan hati juga.
Terutama saat mendapat royalti, 6 bulan sekali.

Padahal saya ingin sekali mulai sering menabung. Apalagi saat itu saya sudah benar-benar sendiri setelah ibu pergi.
Harus lebih mandiri dan menyiapkan masa depan.
Beberapa teman yang sangat tahu kondisi saya, menyarankan saya untuk masak sendiri saja.
Lumayan bisa ngirit beli nasi dan atau lauknya buat makan.
Jadi sisa uang bisa ditabung.

Tapi, nggak semudah itu...
Di kos memang ada kompor gas. Kalau gasnya habis patungan beli. Itu pun sudah dengan harga lumayan juga.
Belum kalau harus nyicil beli perlengkapan masak lain-lainnya sebab perlengkapan masak yang disediakan untuk bersama. Ala kadarnya juga.
Nggak enak juga kalau untuk kepentingan masak pribadi tiap hari, memakai perlengkapan masak bersama.
Takutnya ada yang juga sedang butuh.

Biar gitu, dari lubuk hati paling dalam, saya benar ingin mengikuti saran banyak orang itu untuk mulai masak sendiri.
Jalan itu mulai terbuka ketika seorang teman kos akan pindah ke Jakarta.
Barangnya banyak sekali. Tidak akan bisa dibawa semua ke tempatnya yang baru.
Termasuk kompor gas satu tungku, tabung gas melon dan beberapa alat masak sederhana lainnya.
Dia hendak menjual murah semua perlengkapan itu

Bak pucuk dicinta, ulam tiba, tanpa pikir panjang, saya berniat beli perlengkapan masak bekas teman kos itu.
Kalau nggak salah harga semuanya 225 ribu dan boleh nyicil hehe
Tabung gas melon saat itu masih mahal, jadi paling mahal memang di tabung itu.

Setelah mendapat izin memakai sedikit lahan di belakang untuk menaruh perlengkapan masak itu, jadilah saya rajin memasak setiap hari hingga kini.
Karena hal itu juga kalau pulang ke Lampung, perlengkapan masak ibu yang masih bagus dan nggak dipakai orang rumah saat itu, saya angkut hehe
Tinggal nabung buat beli rice cooker saja supaya bisa masak nasi dengan praktis.

Nah urusan ini bisa kebeli saat honor sebuah tulisan saya turun setelah sempat ketunda beberapa kali.

Perjuangan mendapat yang mungkin sederhana.
Tapi, sungguh membantu saya hingga saat ini.
#katanjar #anj2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun