"Oalah... Anak itu kayaknya nggak jadi bangun deh... Haduh... Jadi itungannya bolos ya?"
Tak heran, ketika hasil ujian akan segera diumumkan, salah satu penyumbang hingga nilainya jadi B adalah karena kehadirannya kurang dari 100% sebab sebelumnya katanya dia tidak masuk juga dengan beda alasan.
Jika nanti dia tidak terima, bukti-bukti tentang penyebab dia bisa dapat nilai segitu bisa diberikan. Plus, kesaksian juga dari ibunya sendiri saat hari ia tidak masuk hari itu.
Sebenarnya, baik dari obrolan dengan bu guru yang sedang menahan jengkel tadi atau dengan asisten dosen mahasiswa sahabat saya, menurut mereka bukan masalah "perang" bukti antara anak didik dan guru atau dosennya. Kedua pendidik itu sepakat bahwa mereka sebenarnya ingin berusaha memberi modal hidup berupa sikap jujur. Kalau memang mereka tidak mengerjakan tugas misalnya, bilang saja terus terang. Bahwa ada alasan kuat agar guru atau dosennya bisa memberi sedikit kebijaksanaan, itu urusan nanti.
Kejujuran adalah hal penting untuk bisa menggapai cita-cita serta kehidupan yang lebih baik.
Dan, itu bisa dimulai dari masa duduk di bangku sekolah dan kuliah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H