Mohon tunggu...
Beny Suryadiningrat
Beny Suryadiningrat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Be Social Teknologi (BST), Bro Social Networking (BSN)

Marketing, Menulis, Traveling, Governance

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menjadi "Inovator" Agen Perubahan Untuk Dunia Kajian "Social Entrepreneurs"; Perspektif

23 Juni 2022   10:58 Diperbarui: 23 Juni 2022   11:57 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya awalnya semakin dibuat heran, dengan penyebutan "Social Entrepreneurs" ?. Saya kira sebuah tema tentang social entepreneurs ini adalah terkait dengan penggiat LSM atau lebih kepada Volunteers atau lebih dikenal secara umum adalah profesi pekerja sosial. 

Ternyata pembedanya adalah pada hilirisasi dampak, atau efek implikasi dari actionnya. Dengan kata lain, perubahan yang akan terjadi lebih condong persentasenya pada nilai-nilai grafik ukuran pendapatan, atau income, atau luasnya adalah dampak ekonomi yang dihasilkan. Orientasi social entrepreneurs menyatakan adanya perubahan indikator grafik yang terjadi pada luasan daerah atau lingkungan (people environtmen) menjadi lebih bernilai ekonomis, lebih soft yakni putaran transaksi yang terjadi di lingkungan tersebut. 

Saya berikan contoh, semisal seorang individu, komunitas, lembaga, koperasi, perusahaan,  kita sebutkan insan social entrepreneurs melaksanakan pendampingan di suatu titik lokasi daerah, dengan misi mengatasi suatu persoalan yang ada di masyarakat, sebut saja temanya ekonomi kerakyatan dengan sasaran peningkatan kapasitas pada lembaga badan usaha daerah tersebut, sehingga upgrading kelembagaan baik SDM maupun SDA yang tersedia dapat termanfaatkan dan terpelihara secara berkelanjutan dan bonusnya adalah hasil dari usaha itu akan menciptakan suatu produk unggulan. Produk unggulan ini, bisa berisikan barang, bisa juga jasa, baik berupa pola kerjasama kemitraan (sudah ada) maupun penciptaan (produk baru). Yang akan bernilai dan dihargai oleh market atau pasar sehingga berharga di publik, inilah yang akan menyebabkan peningkatan, pengembangan di daerah yang didampingi oleh insan entrepreneurs tersebut, termasuk standar ukur keberhasilan aktivitas social entrepreneurs. Yang jelas akan terjadi putara ekonomi akibat upaya pemberdayaan ekonomi tersebut dan berkelanjutan itu harapannya. 

 JIka pembedanya bukanlah standarisasi diatas, maka konsep dan konteks pemberdayaan tidak akan berbeda dengan model pemberdayaan lainnya yang sering dilaksankan di berbagai daerah, dengan aksi yang dilaksanakan dengan social entrepreneurs ?. Proses identifikasi, pemetaan, analisa, advokasi, assasment dan pola Intervensi bisa jadi akan sama metodologinya, ada yang menggunakan 3 pilar, 4 pilar, 5 pilar, 7, 8, 12, bahkan 20 pilar sekaligus, namun hasil akhir (output) yang akan membuatnya berbeda. Perspektif ini merupakan pemahaman saya yang telah menggeluti aktivitas Social Entrepreneurs, sehingga tujuan dan keberfungsian insan entrepreneurs jelas sekali membawa suatu perubahan nyata, memang tidak terkesan seperti bangunan fisik atau infrastruktur, melainkan adanya produk, pemasaran, pasar dan profiteble. Jika lebih luasnya adalah pemanfaatan, pengelolaan dan pendapatan untuk daerahnya. 

Para Insan dan pekerja wirausaha sosial ini memiliki peran yang sangat substansial bagi perbaikan berbagai isu sosial yang sedang dihadapi di era zamansekarang. Dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi terbaru, para wirausahawan inspiratif ini selalu berusaha untuk menciptakan dampak yang akan meningkatkan kualitas kehidupan di sekitar mereka. Di dunia kewirausahaan sosial, mengejar uang memanglah bukanlah motivasi yang utama. Menjadi agen perubahan untuk dunia adalah hal yang terpenting bagi insan, komunitas, lembaga bahkan upaya mereka.  

Pada dasarnya, kewirausahaan sosial adalah suatu bisnis yang dibangun dengan tujuan mengatasi masalah-masalah yang ada di suatu kelompok masyarakat, seperti masalah ekonomi, kesehatan masyarakat, pendidikan, lingkungan, sanitasi dan lain sebagainya. Dengan terus berinovasi dan bereksperimen menggunakan teknologi terkini, perusahaan-perusahaan sosial terus berupaya untuk mengisi celah-celah kesenjangan yang terdapat dalam kehidupan di sekitar mereka. Tak hanya itu, bisnis yang dijalankan untuk kebaikan komunitas akan meningkatkan keyakinan terhadap suatu identitas lokal, dan membantu mengembangkan kepercayaan diri masyarakat lokal akan kemampuan mereka untuk mandiri secara finansial.

Bagaimana Pola Kerja Insan Social Enterprise

Pertama-tama, para wirausahawan sosial memilih isu-isu yang sedang merajalela di suatu wilayah tertentu. Cakupannya dapat berupa komunitas kecil, satu kota, atau bahkan satu negara.

Setelah masalah sosial ini berhasil diidentifikasi, mereka akan mencari akar permasalahannya. Hal ini dapat dilakukan melalui riset pasar yang nantinya akan membuahkan penilaian menyeluruh yang berupa laporan survei, hasil analisis lapangan, serta hasil metode observasi.

Setelah mengetahui apa penyebab masalah yang terjadi, para pendiri usaha sosial ini mencoba menghubungkan masalah tersebut dengan pola dan gaya hidup masyarakat, sumber daya yang bisa mereka akses, serta perputaran roda ekonomi mereka.

Dengan cara ini, seorang wirausahawan sosial dapat menemukan ide dan strategi yang berkelanjutan untuk dijadikan solusi.

Langkah selanjutnya, wirausahawan sosial yang sudah melakukan penelitian lapangan akan membentuk tim yang beranggotakan individu-individu dengan tujuan serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun