Dan ketika Tuhan telah berkehendak, maka terjadilah. Hanya, dua puluh tiga tahun bukanlah waktu yang cukup lama untuk menyadari apapun, karena memang begitulah adanya.
Satu hal teramat diingini telah didapat, tapi sejak kapan dunia menjadi begitu murah hati dengan memberikan semua yang diingini? tidak…tidak akan pernah semua.
Satu hal, dan tidak hal lain, karena memang begitulah adanya. Hanya, sekarang, apa yang benar-benar dicari? Keyakinan bahwa hal itu yang dicari adalah benar dan baik, tidak lantas menjadikan hal itu benar dan baik. Jungkir balik? , memang begitulah adanya.
Dan jika dia berkata tidak sekali lagi, sudahlah. Bakar semua kenangan, dan jika yang harus dilakukan adalah melihat dia dengan sangat busuk dan kejam, lakukanlah, jika memang dengan melakukan itu cinta akan tergerus. Tapi apakah benar- benar bisa digerus? Beberapa hal bisa dimusnahkan, beberapa hal lain tidak. Jika setelah melihatnya dengan sangat busuk dan nista, dan dalam setiap kebusukan dan kehinaan yang ada pada nya kemudian, masih tampak keaslian warna nya yang begitu indah dan masih saja begitu nyata, betapa anggun dan gemulai dirinya, betapa bercahayanya dia ketika berjalan.
Dan sejak dulu lah, hati tidak berpikir dan pikiran tidak merasa.
Berluka, bersakitan, dan dunia masih terlalu sombong untuk mengurangi sedikit saja, dan Tuhan masih terlalu rendah hari untuk ikut campur. Dan dia masih berdiri dengan anggun di sana, karena memang begitulah adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H