[caption id="attachment_347665" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi: wikipedia.org"][/caption]
Hubungan PDIP-KPK memanas, semenjak Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh KPK. Tepat saat Budi ditunjuk oleh Jokowi sebagai calon Kapolri yang baru, saat itu pula KPK menetapkan satusnya sebagai tersangka karena memiliki rekening gemuk. Hal inilah yang menimbulkan tanda tanya. Banyak yang terkejut dengan keputusan Jokowi yang tidak melibatkan KPK dalam menetapkan calon Kapolri, sebagaimana ia lakukan dalam penetapan calon menteri.
Uniknya tanpa diminta, KPK justru berinisiatif memberi warna “merah” untuk Budi Gunawan, layaknya pemberian kode warna untuk calon menteri di kabinet kerja. Penetapan ini pula yang sempat membuat masyarakat meragukan komitmen presiden dalam pemberantasan korupsi. Mengapa demikian?, sebab masyarakat umum kebanyakan sangat percaya dengan KPK mengingat prestasi yang ditunjukkan mereka selama ini. Namun tidak sedikit juga yang bingung dengan sikap Jokowi, sekonyol itukah pak Presiden bertindak? Selain itu, sebagian juga mulai mengatakan bahwa benar Jokowi adalah boneka dari bunda Mega. Sebutan “presiden boneka” ini sudah cukup lama disematkan di bahu Jokowi, bahkan saat penetapan para menteri.
Pagi ini publik disuguhkan lagi dengan berita baru, carut marut semakin larut ketika sekjen PDIP Hasto Kristianto mengadakan konferensi pers. Ia mengatakan bahwa penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka berbau balas dendam. Hasto mengatakan bahwa Abraham Samad memiliki dendam pribadi terhadap Budi. Ketika PDIP mencari calon pendamping Jokowi sebagai cawapres pada pemilu yang lalu. Kala itu, Samad sempat dimasukkan dalam bursa cawapres Jokowi namun akhirnya pilihan jatuh kepada JK. Kegagalan Abraham menjadi cawapres diduga karena andil Budi Gunawan.
Akan tetapi ketika dikonfirmasi kepada mantan Sekjen PDIP Tahjo Kumolo, ia menyebutkan bahwa PDIP tidak pernah berhubungan dengan Abraham Samad. Sedangkan Andi Wijayanto, sekretaris kabinet membenarkan bahwa Samad memang masuk dalam bursa cawapres Jokowi. Di sisi lain, PDIP mengatakan bahwa Hasto Kristianto tidak mewakili Partai ketika mengadakan koferensi pers, tapi atas nama pribadi.
Apakah Samad waktu itu benar-benar sangat “pengen” jadi wapres untuk Jokowi, sehingga ia menyimpan dendam terhadap Budi Gunawan yang katanya menjadi pembisik bagi Jokowi. Atau barangkali Hasto sedang “menyerang” KPK dengan tujuan untuk mendesak mereka agar segera menuntaskan kasus Budi Gunawan. Dengan demikian nasib Budi Gunawan sebagai calon Kapolri tidak menggantung. Di sisi lain untuk menjaga kepercayaan publik terhadap lembaga KPK, secara khusus Abraham Samad juga harus berani mempertanggung jawabkan pernyataan Hasto Kristianto. Jika Hasto benar, maka Samad harus mempertimbangkan untuk menetapkan dirinya sebagai tersangka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H