Pagi itu saya berangkat dari kontrakan untuk menunggu teman kantor di pinggir jalan mulut gang arah kontrakan. Pasalnya saya ini mau nebeng menuju Rumah Sakit Bung Karno di bilangan kota Surakarta tepatnya dekat pasar Kliwon atau populer dengan nama pasar Klithikan Semanggi. Sepanjang perjalanan begitu ramai dipenuhi oleh kendaraan baik roda dua, tiga bahkan empat dari berbagai penjuru untuk menuju entah ke tempat kerja ataupun sekolah. Saya berangkat bareng teman lainnya menggunakan sepeda motor kami berlima dengan 3 motor.
Sesampainya di rumah sakit (RS) kami memarkirkan kendaraan di area parkiran rumah sakit. Kami berjumpa dengan teman kantor lainnya yang beberapa ternyata sudah tiba lebih dulu di RS. Pagi betul kami sudah sampai, karena info dari admin RS harus hadir tepat waktu 07.30 WIB. Waktu masih cukup pagi sehingga kami tentunya belum sempat sarapan, sembari menunggu teman yang belum sampai di RS kami sarapan kue pukis ada pula yang mampir ke warung angkringan di seberang jalan depan RS.
Dirasa sudah cukup untuk mengisi perut yang masih kosong dengan sedikit cemilan tadi, kami segera bergegas untuk masuk area rumah sakit menuju lantai 6 seperti yang sudah diinfokan sebelumnya oleh admin RS tersebut. Kami disambut oleh petugas keamanan (satpam) yang berjaga di depan pintu masuk utama RS dan diantar hingga depan lift untuk menuju ruangan Aula lantai 6. Nampaknya petugas di sana belum sepenuhnya siap dengan perlengkapannya.
Sambil tetap berjalan, kami diminta antre terlebih dahulu untuk melakukan presensi sesuai data yang sudah kami infokan sebelumnya. Lalu kami dicek tensi, tekanan darah, tinggi badan dan berat badan. Selanjutnya antre di meja berikutnya untuk dilakukan input data pasca melakukan cek tensi, tinggi badan dan berat badan tadi. Tentunya disertai dengan pertanyaan apakah pernah konsumsi obat selama 3 hari terakhir? Apakah ada batuk beberapa hari ini? Berikutnya bergeser ke meja lainnya untuk mengambil botol untuk diisi dengan urine sebagai sampel.
Terakhir masih ada satu meja lagi untuk dituju yakni ketemu dengan dokter. Saya dites mata apakah saya termasuk buta warna atau tidak? Selanjutnya saya diminta untuk menebak atau membaca angka-angka pada buku kecil yang di dalamnya sudah ada banyak angka dibalik warna-warni berbentuk lingkaran. Lalu ditanya keperluanya untuk apa?
Ada yang menarik dengan dokter satu ini, tetiba dokternya bertanya kerja di mana, sudah berapa lama hingga bertanya apakah Anda setuju Ujian Nasional (UN) ini diberlakukan kembali? Bukan tanpa alasan dokter tersebut mengutarakan pertanyaan tersebut. Sebelumnya saya jawab bekerja di bidang Pendidikan di bawah Kemendikbud kini Kemdikdasmen. Dokter tersebut bertanya soal setujukah UN diberlakukan kembali? Saat itu saya jawab, "setuju Pak". Senada dengan jawaban saya, dokter tersebut selain sangat setuju dengan UN dihidupkan kembali mengimbuhkan pula bahwa di kelas juga perlu adanya sistem ranking atau peringkat kelas.
Dokter ini mencoba mengungkapkan kegelisahannya tentang sistem Pendidikan kita akhir-akhir ini. Masih kata dokter itu bahwa ranking atau peringkat di kelas juga menurutnya penting supaya siswa-siswa atau anak kita ini ada motivasi untuk dapat berlomba-lomba mencapai atau menjadi yang terbaik di kelasnya. Dengan demikian anak-anak memiliki jiwa kompetisi.
UN diperlukan untuk memberikan motivasi kepada anak-anak supaya ada semacam usaha dan daya juang mereka untuk meraih kelulusan setelah menempuh Pendidikan di bangku sekolah. Dalam dunia kerja nantinya bukankah mereka yang unggul, juara dan dapat mencapai nilai atau predikat bagus yang akhirnya mendapatkan pekerjaan serta posisi bagus, meskipun tidak semuanya.
Demikian dokter tersebut mengakhiri perbincangan dengan saya. Kan saya jadi ga enak nih sama teman-teman lainnya, "kok lama banget sama dokter itu ditanya apa aja?", tanya teman saya penasaran. Saya senang diajak diskusi sama dokter itu, dalam hati saya bergumam "wah saya ketemu Dokter Pendidikan ini." Masih ada teman saya yang masih antre belum ketemu dokter. Sementara masih harus pindah ruangan untuk mengikuti tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) adalah tes psikologi yang digunakan untuk mengukur kepribadian, emosi, dan perilaku seseorang. Pada tes MMPI ini ada 567 pertanyaan yang harus dijawab, usia tidak bisa berbohong ternyata mata saya ini sudah blawur perlu kacamata nampaknya meskipun hingga saat ini saya belum mengenakannya.
Tahukah dokter, saya datang ke sini bersama 22 (dua puluh dua) teman lainnya juga dalam rangka mengupayakan sesuatu yang sudah dinantikan selama bertahun-tahun pasca mengabdi, berlomba, bersaing untuk mendapatkan posisi terbaik dalam sebuah pekerjaan, yakni ASN PPPK. Setelah puluhan tahun menjadi tenaga honorer, itu adalah bukti nyata bahwa perjuangan dan daya upaya, kegigihan serta kesabaran memang diperlukan. Oh iya pertanyaan dokter tadi belum saya jawab, "untuk keperluan apa Anda melakukan tes Kesehatan?" saya jawab, "untuk keperluan pemberkasan PPPK tentunya dok".