Mohon tunggu...
BENTAR SAPUTRO
BENTAR SAPUTRO Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar di semestaNya

ketik huruf, angka dan tanda baca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekasihku Spesial

29 Juli 2015   09:59 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:47 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu menjelang maghrib dan mendekati waktu berbuka puasa, ada yang membuat saya bersemangat untuk ‘ngabuburit’. Ngabuburit kali ini sangat berbeda dari biasanya, saya diajak berkunjung ke tempat saudara-saudara yang semestinya sering untuk dikunjungi. Tempat yang di maksud berada di “Panti Asuhan Cacat Ganda - Al Rifdah” Tlogomulyo, Semarang.

 

Ada satu kejadian yang membuatku terkejut. Setibanya saya dan rombongan di sana, tiba-tiba saya dihampiri oleh ‘Saudari’ yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Setelah itu, dia terus memegang erat tangan saya sembari menunjukkan wajah yang ceria dan bahagia. ‘Saudari’ tersebut memiliki karakter yang hyperactive, anak tersebut terus bersuara dan mencoba untuk mengajak berkomunikasi. Memang saya tidak paham yang dia maksud, tapi saya mencoba untuk menyelami bahasa yang digunakan sekalipun hanya bahasa isyarat. Dia ceria sekali menyambut kedatangan kami. Selama saya berada di sana ‘Saudari’ tersebut duduk di dekatku dan tak ingin melapaskan genggaman tangannya dariku. Iya, dia KEKASIHKU YANG SPESIAL.

 

Saya sangat tersentuh, hatiku terkoyak, air mata ini sungguh tak terbendung sekalipun saya tidak sempat menjatuhkannya. Bagaimana mungkin mereka yang secara fisik menurut kebanyakan orang tidak seperti yang lainnya, mereka tidak pernah berontak “mengapa saya begini”, “mengapa saya berbeda”, “mengapa harus saya yang menerima semua ini”, “apa salahku”, “apa dosaku” ???. Jangankan berontak atau mengeluh ke sesama manusia diseklilingnya, bahkan berontak ke Tuhanpun tidak pernah. Ini dibuktikan dengan sikap dan kemuliaan hati mereka yang sanggup menjalani semua ini dengan penuh ceria, bahagia dan ikhlas tanpa complain, mengeluh apalagi berontak.

 

Saya meyakini bahwa Tuhan memperlakukan sangat sangat sangat SPESIAL terhadap mereka. Yang menurut pandangan kita, mereka seolah-olah kurang ‘lengkap’ namun di mata Tuhan derajat mereka ditinggikan.

 

Bisakah kita belajar ilmu ikhlas dari mereka?

Bisakah kita belajar tidak berontak atau bahkan mengeluh?

Bisakah kita beajar untuk tersenyum, tertawa dan bahagia sekalipun dalam keadaan sulit?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun