Saya ingin cerita pengalaman saya membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Karanganyar Surakarta. Hari Kamis Tanggal 03-01-2012 saya datang ke kantor Samsat Karanganyar untuk membayar pajak 2 motor saya. Yang satu sudah telat seminggu, sehingga harus kena denda, dan yang satu tgl habis pajak akhir bulan Januari 2013. Saya memang selalu membayar pajak 2 motor saya tsb secara bersamaan. Efisien waktu meski sekarang waktu antrian sebetulnya juga tidak terlalu lama, kurang lebih 1 jam an.
Dua motor saya tersebut saya beli hampir bersamaan sehingga pajaknya nyaris bersamaan dan saat ganti plat nomor juga bersamaan. Penggantian plat nomor 2 motor saya ini adalah yang pertama kali.
Seperti biasa, pertama kali saya datangi tempat fotocopy untuk copy KTP dan STNK. Karena ganti plat nomor, maka saya kemudian datang ke ruang cek fisik. Di sini saya diberikan kertas 'esek-esek' untuk verifikasi nomor body kendaraan dan mesin kendaraan. Karena saya pajak 2 motor maka saya diberi 2 lembar kertas 'esek-esek'. Kemudian petugas (berseragam bebas), sebut saja pak X, menyampaikan biaya penggantian kertas 'esek-esek' per lembarnya Rp 15.000 sehingga saya harus membayar Rp 30.000. Saya bayar. Tetapi karena tidak ada tanda terima saya pun menanyakan. Pak X berkelit bahwa ketentuannya seperti itu. Saya bilang di Samsat lain kertas 'esek-esek' itu tidak bayar. Seingat saya di Samsat tsb, 5 tahun yang lalu kertas 'esek-esek' tidak kena biaya. PakX kemudian menyarankan supaya saya mengesek mesin dan bodi kendaraan itu dulu.
'Motornya diesek dulu aja mas,' katanya. Saya tahu dia tidak dapat menjawab pertanyaan saya. Sementara seorang Polisi , sebut saja Pak A, di depan loket sibuk nyetempel pura-pura tidak dengar. Saya pun lalu meng-'esek' ke dua motor saya. Saya harus bolak balik ke rumah yang tidak terlalu jauh dari Kantor Samsat.
Setelah selesai saya kembali ke Samsat ke ruang verifikasi tadi. Ke 2 kertas esek saya sukses diverifikasi oleh Pak Polisi yang tadi tidak ada disitu , sebut saja Pak B, sementara polisi Pak A masih di tempat semula melayani yang lain. Saya lalu masuk ke ruang yang memang tidak terlalu besar itu, mendekat ke Pak B.
"Pak, kertas esek ini harusnya tidak bayar," kata saya pelan.
Pak B sempat sedikit terkejut. Sesaat melirik saya. "Terus mas maunya gimana?" dia balik nanya.
"Saya mau uang saya Rp 30.000 kembali," kata saya.
"O gitu ya?"
"Ya."
Dia kemudian memerintahkan Pak X yang duduk di belakangnya mengembalikan uang saya Rp 30.ooo. Uang itu disteples menyatu dengan berkas saya dan dilipat.