Saya memutuskan untuk fokus berkuliah dan kembali mendedikasikan seluruh saya pada apa-apa yang sedang saya bangun di desa.
Kalau ada yang bertanya kenapa saya berhenti, maka jawaban saya sederhana. Saya tidak mampu lagi menghadapi sentimen-sentimen dua golongan besar tersebut. Siapapun yang menyembah egonya akan sulit untuk dinasihati, maka saya akan menyembah ego saya hari ini. Saya memutuskan mengikuti perintah ego saya, yaitu menarik diri dari barisan perjuangan-pergerakan mahasiswa.
Saya dulu selalu bilang, panjang umur untuk semua hal-hal baik. Panjang umur perjuangan, hingga panjang umur perlawanan saya gaungkan sebagai doa. Ternyata, yang panjang umur hanyalah diskriminasi, feodalisme, impunitas, patriarki dan egosentris.
Tapi, dalam proses penarikan diri dari pergerakan itu; saya tetap meninggalkan sekecup cinta dan sejumput doa untuk para mukhlisisn yang berjuang walau badai sentimen terus datang.
Rahayu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H