Mohon tunggu...
Nur Aliyatullatifah
Nur Aliyatullatifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam

STIABI Riyadlul 'Ulum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benteng Martello, Saksi Bisu Kependudukan Penjajah Belanda di Pulau Kelor

27 April 2021   23:22 Diperbarui: 27 April 2021   23:55 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Martello.doc. commons.wikimedia.org

Tak asing bukan saat kalian mendengar kata Pulau Kerkhof (kuburan) atau pulau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Pulau Kelor tersebut? Mungkin sebagian orang memang sudah tak asing dengan salah satu pulau dari beberapa pulau yang ada di Kepulauan Seribu. 

Pulau Kelor ini memiliki luas kurang lebih 108.000 ha menurut buku yang berjudul Eco-Logic City 2015 Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pesisir. Konon katanya, pulau tersebut dinamai pulau Kerkhof atau kuburan karena dulu pulau tersebut merupakan tempat penguburan para tahanan Belanda yang dieksekusi.

Selain sebagai tempat penguburan, pulau ini juga dulunya merupakan tempat latihan para tentara Belanda. Hingga akhirnya beredarlah cerita mistis dimana seringkali orang-orang mendengar derap langkah dari arah pulau tersebut seperti derap langkahnya tentara yang sedang latihan. Pulau Kelor ini sekarang merupakan pulau bekas Belanda yang tak berpenghuni dimana di dalamnya terdapat peninggalan berupa galangan kapal dan benteng sekaligus menara pengintai yang dibangun oleh VOC pada abad ke-17 saat menghadapi serangan Portugis disebut Benteng Martello.

Benteng Martello ini digunakan sebagai tempat penyimpanan Meriam yang mampu bermanuver 360 derajat. Meriam ini digunakan penjajah Belanda dalam penyerangan Portugis guna mempertahankan kawasan jajahannya. Perlu diketahui bahwa Benteng Martello ini memang benteng peninggalan Belanda. Namun benteng ini dibangun bukan oleh orang-orang Belanda melainkan oleh orang-orang pribumi yang pada saat itu menjadi tahanan Belanda.

Bentuk benteng Martello yang bulat dan tersusun dari batu bata tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Siapapun boleh datang ke pulau kelor kapan pun bahkan pada malam hari sekali pun karena pulau kelor ini buka selama 24 jam. Namun ada peraturan bagi para wisatawan dimana mereka tidak boleh menginjak atau menaiki benteng Martello ini karena usianya yang telah lama dan unsur-unsur bangunannya yang telah melapuk ditakutkan akan terjadinya keruntuhan.

Benteng Martello ini dulunya terdiri dari tiga lapis sehingga benteng ini terkenal dengan benteng yang kokoh nan kuat. Tak disangka, kejadian tsunami besar akibat meletusnya gunung Krakatau di tahun 1883 ini membuat lapisan benteng Martello hanya tersisa satu lapisan dengan kedua lapisan lainnya perlahan runtuh dan lama kelamaan terendam air akibat abrasi yang terus secara perlahan mengikis pulau tersebut. 

Meski begitu, puing-puing benteng yang reruntuhan tersebut tidak ditiadakan melainkan dibiarkan sebagai bukti bahwa Belanda pernah menetap di Pulau Kelor. Disebutkan dalam buku yang berjudul Eco-Logic City 2015 Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pesisir bahwa sekarang di tepian sekitar pulau dibangun beberapa beton pemecah ombak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun