Mohon tunggu...
Bentang Sayap Rajawali
Bentang Sayap Rajawali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sub-kultur Punk dan Perkembangannya di Indonesia

7 Juni 2023   19:20 Diperbarui: 7 Juni 2023   19:32 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punk adalah gerakan subkultur yang lebih luas yang berkembang bersamaan dengan musik punk. Gerakan ini melibatkan pemberontakan terhadap norma-norma sosial yang ada dan seringkali melibatkan elemen seperti gaya berpakaian yang provokatif, rambut punk yang khas (mohawk), dan penggunaan simbol-simbol subversif seperti lambang Nazi dan sebagainya.

Punk juga sering dikaitkan dengan etos DIY (do-it-yourself) di mana individu- individu mengambil inisiatif sendiri untuk membuat musik mereka sendiri, merilis rekaman mereka sendiri, dan mengatur konser sendiri tanpa keterlibatan besar dari industri musik mainstream.

Selain itu, gerakan punk juga menekankan pada kebebasan berekspresi, ketidakpatuhan, dan penolakan terhadap otoritas. Punk menjadi wadah bagi mereka yang merasa di luar dari norma sosial dan ingin mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap sistem yang ada.

Gerakan punk telah mempengaruhi berbagai aspek budaya, seperti fashion, seni visual, dan sikap politik. Punk masih memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini, dengan banyak subkultur dan genre musik baru yang terus berkembang dari akar-akar gerakan punk.

Sementara musik punk muncul pada pertengahan 1970-an sebagai reaksi terhadap industri musik yang dianggap terlalu komersial dan steril. Punk bermula di Amerika Serikat dan Inggris Raya, dengan pengaruh yang signifikan dari band-band seperti Ramones, Sex Pistols, The Clash, Cockney Rejects, dan Cock Sparrer.

Gerakan punk bermula dari tempat-tempat seperti New York City dan London, tempat kelompok-kelompok muda yang merasa frustasi dengan kondisi sosial dan politik pada saat itu mulai menyuarakan ketidakpuasan mereka melalui musik. Musik punk ditandai dengan gaya yang sederhana, keras, dan energik, dengan penggunaan akord dasar yang mudah dimainkan dan lirik yang sering kali mengkritik pemerintahan, masyarakat, atau bahkan industri musik itu sendiri.

Musik punk berkembang pesat di akhir 1970-an dan awal 1980-an. Di samping band-band yang sudah disebutkan sebelumnya, gerakan punk juga melahirkan band-band seperti Dead Kennedys, Bad Brains, Black Flag, Misfits, dan Minor Threat di Amerika Serikat, serta The Exploited, The Addicts, dan Crass di Inggris Raya. Selain itu, subgenre punk seperti hardcore punk, anarcho-punk, dan street punk juga muncul, masing-masing dengan ciri khas musik dan pesan politik yang berbeda.

Sementara pengaruh kultur musik punk di Indonesia dimulai pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Saat itu, beberapa anak muda Indonesia yang terpapar dengan musik punk dari luar negeri, terutama melalui kaset rekaman, mulai tertarik dengan gaya musik yang energik dan lirik yang kontroversial.

Gerakan punk di Indonesia pada awalnya terbatas pada kelompok-kelompok kecil di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Mereka memainkan musik punk dengan lirik yang mengkritik sosial dan politik. Band-band punk seperti Marjinal dan Superman Is Dead juga muncul pada tahun 1990-an dan 2000-an, masing-masing membawa gaya musik punk yang unik dengan pesan-pesan sosial mereka sendiri.

Namun, perjalanan musik punk di Indonesia tidak selalu mulus. Pada awalnya, gerakan punk dianggap kontroversial dan dianggap sebagai ancaman oleh beberapa pihak seperti Orde Baru yang tidak setuju dengan sikap dan penampilan mereka yang provokatif. Punk sering kali dianggap bertentangan dengan nilai-nilai tradisional dan norma sosial yang ada di masyarakat Indonesia.

Meskipun demikian, musik punk di Indonesia terus berkembang dan mendapatkan pengikut yang semakin banyak. Pada era 2000-an, perkembangan internet dan media sosial membantu menyebarkan musik punk lebih luas di Indonesia. Banyak band punk mulai merilis musik mereka secara independen dan berkomunikasi dengan penggemar melalui platform online. Festival-festival punk dan konser-konser punk juga semakin sering diadakan di berbagai kota di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun