Kemasyuran sosok Hamka tidak saja dipandang sebagai tokoh penting Indonesia, tetapi juga memiliki pengaruh besar di Asia Tenggara. Â Tafsir Al Azhar sebuah maha karya monumental Hamka, telah menjadi referensi kajian pemikiran studi islam di berbagai negara.
Buya Hamka bukan saja piawai di bidang agama, Sang Otodidak ini telah menghasilkan ribuan karya tulis di bidang kajian politik, sejarah, budaya dan sastra. Sangat sukar rasanya, ada sosok yang mampu mengkodifikasi banyak keilmuan dalam keterbatasan informasi, apalagi saat itu masanya kolonial.
Hamka juga mampu mencontohkan keteguhan prinsipnya, semisal memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan Ketua MUI karena ada perbedaan pandangan dengan pemerintah kala itu. Tidak itu saja, Hamka bahkan tidak menaruh sedikitpun dendam, meskipun telah difitnah dan dipenjarakan tanpa proses pengadilan. Beliau malah menaruh simpati, dan bahkan menjadi imam sholat jenazah ketika yang memfitnah meninggal dunia. Inilah keluhuran budi Sang Ulama, tidak pernah mengotori jiwanya sedikitpun dengan rasa sakit hati.
Mengenal sosok Buya Hamka, tidak saja dengan mengenal karya-karyanya. Ranah Minang, tepatnya di Kampung Molek Nagari Sungai Batang Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat, Hamka kecil dengan nama Abdul Malik dilahirkan. Sebuah perkampungan yang asri di Tepian Danau Maninjau. Â Negeri yang bentang alamnya hadir akibat aktivitas vulkanik pada puluhan ribu tahun silam. Dikelilingi oleh pagar pegunungan dan teras sering persawahan yang indah serta budayanya yang sangat kuat, patut juga untuk dikenali.
Rumah kelahiran Buya Hamka, telah dijadikan museum (Cagar Budaya). Bermacam peninggalan beliau ada di sana. Silsilah keluarga, karya-karyanya, pakaian-pakaiannya, kursi duduknya, foto-fotonya dan macam lainnya. Terpajang dan tersusun dengan rapi, sebagai peninggalan dan warisan budaya, kita perlu melihat dan mempelajari hal ihwal tentang Buya Hamka, melalui sekelumit peninggalan dan sejarah hidupnya. Mengikuti kearifan budaya minang yang kental dengan nilai "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah", telah membentuk karakternya menjadi pejuang sekaligus ulama yang kharismatik.
![https://www.sumbarkita.id/](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/07/07/museum-buya-60e52cb015251018c239c052.jpg?t=o&v=770)
Sang Maestro sudah wafat, tapi jejak dan karyanya sangat menginspirasi. Penulis novel "Di Bawah Lindungan Ka'bah" dan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" ini, juga telah mengisi dan memperkaya sastra klasik Indonesia. Sangat jarang di dalam tubuh seorang ulama, tersimpan bakat hampir sempurna. Seorang Ulama sekaligus sastrawan, jauh lagi dari itu, Buya Hamka juga seorang politisi, jurnalis dan guru. Mungkin juga, lebih tepatnya dapat disebut sebagai "GURU BANGSA". Â Â
![https://m.facebook.com/](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/07/07/buya-hamka-nasehat-60e52f161525103055652972.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI