Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Perpisahan di Bandara

26 November 2017   20:57 Diperbarui: 26 November 2017   21:33 2643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yee, siapa yang nungguin siapa sih? Kan kamu yang lama ngecekin tas," balas Dimas sambil mencubit pipi kekasihnya.

Dengan sigap ia ambil koper besar Sita. Rokok di tangan kanan dibuangnya di tempat sampah. Kasihan, masih setengah. Tapi lebih baik dari pada didenda karena merokok di smoking free zone.

"Sayang udah siap nih? Barang bawaan udah lengkap?" tanya Dimas sambil berjalan. Kalau ada yang belum masih ada Indomaret bandara, pikirnya.

"Sudah kok. Tadi kan sudah kuperiksa," jawab Sita. "Kamu gimana? Sudah siap ditinggal sebulan? Hahaha!"

"Eh ngeledek ya? Siap lah. Aku hidup-hidup aja sebelum pacaran sama kamu. Ga bakal mati lah ya kalau kamu tinggal!"

Dimas sadar itu tidak sepenuhnya benar. Sebelum Sita, Dimas anak lelaki pingitan. Spesies langka, biasanya anak perempuan yang dipingit. Tapi, apa daya jadi anak lelaki bungsu dengan 3 saudara perempuan. Anak mahal.

Saat hubungannya dengan Sita ditentang, Dimas sudah tak tahan lagi. Ingin bebas. Pendidikan sudah selesai, pekerjaan sudah mapan, maka ia memutuskan untuk pergi saja. Lagi, persetan kata orang.

Kini hubungan dengan keluarganya hanya dipertahankan dengan kakak perempuannya yang ketiga, yang paling sayang padanya. Ayahnya sudah tak mau lagi berhubungan. Ibunya rindu, tapi tak mau bertengkar dengan suaminya.

"Kamu tuh yang bakal ke pedalaman! Coba periksa lagi barangnya! Alat mandi udah lengkap? Deterjen? Camilan? Di sana engga ada toko lho!" balas Dimas.

"Sudah sayaaang! Cerewet amat dah. Yang biasa ngurus kamar kost siapa coba," jawab Sita sambil merajuk manja.

Sita memang wanita mandiri. Sebatang kara, mantan anak panti asuhan. Ia berpendidikan tinggi hanya dari beasiswa dan dermawan sponsor panti asuhannya. Toh sekarang pekerjaannya sama mapannya dengan Dimas, di sebuah LSM kemanusiaan dengan sumber dana berlimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun