Hari Ibu di Indonesia memiliki akar sejarah yang sangat dalam, terkait erat dengan pergerakan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Peringatan Hari Ibu pertama kali dilakukan pada tahun 1938, sebagai bagian dari rangkaian Kongres Perempuan Indonesia yang dilaksanakan di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. Kongres ini bukanlah sekadar acara seremonial belaka, melainkan sebuah momentum bersejarah yang menjadi tonggak awal dalam pergerakan perempuan Indonesia untuk mendapatkan hak-hak dasar mereka, seperti hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan hak untuk hidup setara tanpa diskriminasi. Melalui kongres tersebut, para tokoh perempuan Indonesia berkumpul untuk menyuarakan hak-hak mereka, mendiskusikan isu-isu perempuan, serta memperjuangkan kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan. Pada saat itu, perjuangan perempuan Indonesia untuk mendapatkan hak-hak tersebut masih sangat panjang dan penuh tantangan, namun Kongres Perempuan Indonesia menjadi titik awal yang sangat signifikan dalam perjuangan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, makna Hari Ibu di Indonesia semakin berkembang, jauh lebih dari sekadar penghargaan terhadap peran ibu dalam rumah tangga. Jika di negara-negara Barat, peringatan Hari Ibu lebih berfokus pada apresiasi terhadap ibu dalam konteks domestik, maka di Indonesia, Hari Ibu menjadi sebuah simbol perjuangan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari pendidikan, politik, ekonomi, hingga hak-hak dasar lainnya, Hari Ibu di Indonesia lebih dilihat sebagai wujud dari pengakuan dan penghormatan terhadap perjuangan perempuan untuk mendapatkan tempat yang sejajar dengan laki-laki di semua sektor. Hal ini tentu saja sejalan dengan semangat perjuangan yang dimulai sejak Kongres Perempuan Indonesia pertama kali dilaksanakan.
Peringatan Hari Ibu di Indonesia juga kerap diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat luas, sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi terhadap jasa-jasa ibu. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa seminar, diskusi, pameran, hingga berbagai aktivitas kreatif yang mengedepankan pemberdayaan perempuan. Salah satu kegiatan menarik yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Ibu tahun ini adalah yang dilakukan oleh Sub Kelompok 6 KKN Non Reguler 8 di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Bu Dia Puspitasari, S.Sosio., M.Si, yang berkolaborasi dengan Karang Taruna RW 10 Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Mereka mengadakan serangkaian acara yang tidak hanya menyenankan, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Kegiatan tersebut meliputi bazar kreatif, thrifting, dan lomba fashion show yang melibatkan 20 anak dari lingkungan setempat. Bazar kreatif dan thrifting menjadi kegiatan utama yang diadakan dalam perayaan Hari Ibu kali ini. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk menyumbangkan pakaian yang sudah tidak terpakai dan kemudian menjualnya kembali dengan harga terjangkau. Tidak hanya memberikan kesempatan bagi warga untuk mendapatkan pakaian yang layak pakai dengan harga murah, kegiatan ini juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya daur ulang dan pemanfaatan barang-barang yang masih bisa digunakan. Selain itu, kegiatan ini juga memberikan dampak positif bagi lingkungan, karena mengurangi jumlah sampah tekstil yang dihasilkan.
Di balik kegiatan bazar kreatif dan thrifting ini, terdapat pesan moral yang sangat penting, yaitu bahwa kita harus lebih bijak dalam mengelola barang-barang yang kita miliki, termasuk pakaian. Alih-alih membuang pakaian yang masih bisa digunakan, kita bisa memberikannya kepada orang lain yang membutuhkan atau menjualnya kembali agar dapat dimanfaatkan. Dengan cara ini, kita tidak hanya memberikan manfaat bagi orang lain, tetapi juga membantu menjaga kelestarian lingkungan dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.
Selain bazar kreatif dan thrifting, kegiatan lainnya yang tidak kalah menarik adalah lomba fashion show yang melibatkan anak-anak dari lingkungan RW 10. Lomba ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam berbusana, sambil menumbuhkan rasa percaya diri. Para ibu yang hadir terlihat sangat bangga melihat anak-anak mereka tampil di atas panggung dengan penuh percaya diri. Suasana penuh kebersamaan dan keceriaan pun terasa sangat kental di acara tersebut.
Pada hari sebelumnya, tepatnya tanggal 21 Desember, tim KKN bersama Karang Taruna mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara pada 22 Desember, termasuk mendirikan tenda, menyiapkan stan-stan UMKM, serta menghias tempat untuk lomba fashion show. Selain itu, gladi bersih juga dilakukan untuk memastikan bahwa acara dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Antusiasme warga sangat terasa, baik dari peserta lomba fashion show maupun dari pengunjung bazar yang datang untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hal ini menunjukkan betapa masyarakat sangat mendukung dan menyambut baik kegiatan yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Ibu ini.
Melalui kegiatan ini, kita diingatkan bahwa peran ibu dalam kehidupan kita sangatlah penting dan tak ternilai harganya. Hari Ibu menjadi momen yang tepat untuk menghargai semua pengorbanan, kerja keras, dan dedikasi yang telah diberikan oleh ibu. Namun, Hari Ibu juga merupakan sebuah momentum yang mengajak kita untuk berpikir lebih jauh tentang perjuangan perempuan di Indonesia dalam mencapai kesetaraan gender dan hak-hak yang setara dengan laki-laki. Ini adalah perjuangan yang masih berlangsung, dan setiap kita memiliki tanggung jawab untuk terus mendukungnya. Kegiatan yang diadakan di RW 10 Kelurahan Gading ini menjadi contoh nyata bagaimana sebuah komunitas dapat bekerja sama untuk merayakan dan menghormati peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya kegiatan ini, tidak hanya Hari Ibu yang dirayakan, tetapi juga rasa kebersamaan, solidaritas, dan kesetaraan gender yang terus diperjuangkan. Hari Ibu bukan hanya sekadar perayaan, melainkan juga waktu yang tepat untuk merenungkan perjalanan panjang perjuangan perempuan di Indonesia dan berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka, agar kesetaraan gender dapat terwujud secara nyata di masyarakat kita.