Mohon tunggu...
Benny Raharjo
Benny Raharjo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berusaha keras untuk tetap waras. Bekerja di Perusahaan IT.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka untuk Pak Prabowo

2 Agustus 2014   16:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:36 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak Prabowo Subianto yang terhormat, pertama-tama saya ingin meminta maaf atas kelancangan saya menuliskan surat ini ke Bapak, tapi saya menuliskan ini atas dasar keprihatinan dan kecintaan saya kepada Indonesia, yang saya percaya Bapak juga mencintainya sama besarnya dengan saya.

Pak Prabowo, dulu sekali Presiden ke-2 kita, Pak Harto yang juga adalah mantan mertua Bapak, pernah berkata bahwa kita harus selalu memperhatikan tanda-tanda zaman. Dalam kesempatan lain beliau juga pernah mengatakan:"... ada pelajaran dari orang tua kita berabad-abad lalu tentang menangi zaman edan. Kalau tidak edan, tidak kedumen (dapat bagian). Tapi sak bejo-bejone wong sing edan, isih bejo sing eling lan waspodo (seuntung-untungnya orang yang gila, masih lebih untung mereka yang sadar dan waspada),".

Perkataan Pak Harto di atas merujuk pada karya Prabu Jayabaya yang banyak sekali memberi tanda-tanda zaman dari sejak Majapahit runtuh hingga 500 tahun kedepan. Tanda-tanda zaman yang dituliskan oleh Prabu Jayabaya adalah selama 500 tahun tanah Nusantara akan dipenuhi penderitaan yang antara lain ditandai dengan berkuasanya penjajah Belanda selama tiga setengah abad dan pendudukan Jepang selama tiga setengah tahun.

Pak Harto saya yakin sekali selain ahli strategi perang yang mumpuni, beliau juga – seperti prajurit TNI lainnya – adalah seorang pribadi yang pantang menyerah. Beliau akan bertempur sampai titik darah penghabisan dan tak ada yang tak mungkin dalam kamus beliau. Banyak palagan besar sebagai buktinya.

Dalam usia relatif muda beliau berhasil memimpin pasukan TNI dalam suatu pertempuran fenomenal yang berhasil mengalahkan musuh dengan perlengkapan yang lebih canggih untuk akhirnya menduduki Yogyakarta dalam waktu 6 jam. Kepiawaian dan tekad tak kenal menyerah sekali lagi ditunjukan Pak Harto ketika diberi tugas untuk merebut Papua dari tangan Belanda. Sekali lagi beliau membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi hal yang mungkin. Palagan terakhir beliau adalah dalam pertempuran yang penuh kontroversi ketika mematikan gerakan komunis di Indonesia.

Namun ketika tahun 1998 beliau menghadapi suatu keadaan yang sebetulnya beliau masih bisa melawan - karena walau bagaimanapun beliau masih pimpinan tertinggi militer - beliau tidak menggunakan kekuatan militer untuk memukul perlawanan terhadap beliau. Melihat rekam jejak militer beliau, seharusnya beliau bisa membalikan keadaan sebagaimana yang beliau lakukan pada palagan-palagan sebelumnya.

Alih-alih melawan, pada tanggal 21 Mei 1998 yang bersejarah itu, Jenderal Besar Soeharto memilih untuk lengser ke prabon. Seluruh dunia terkejut mendengar keputusan itu, suatu keputusan yang tidak pernah diduga siapapun pada saat itu.

Pak Harto bukan saja seorang ahli strategi hebat yang tak diragukan lagi, tapi beliau juga ahli membaca tanda zaman. Dengan membaca tanda zaman beliau sangat tahu, bahwa saat itu adalah saatnya beliau mundur. Betapapun hebat strategi yang akan beliau susun, beliau tahu bahwa palagan Jakarta 1998 bukanlah palagan yang akan bisa beliau menangkan. Oleh karena itu daripada menumpahkan banyak darah yang pada akhirnya hanya akan menjadikan beliau seorang pecundang, beliau memilih mundur sebagai negarawan.

Pak Prabowo yang terhormat, tanda-tanda zaman yang diyakini oleh Pak Harto tersebut saat ini mencapai masa akhir 500 tahun sejak kejatuhan Majapahit. Prabu Jayabaya menuliskan bahwa setelah masa 500 tahun penuh kepedihan ini , tanah Nusantara akan memasukimasa kejayaannya yang dipimpin oleh seseorang yang salah satu cirinya adalah “tan pokro anggoning nyandhang (kelihatan berpakaian kurang pantas)”.

Sulit bagi saya, dan mungkin juga Pak Harto, untuk meniadakan begitu saja tanda-tanda zaman yang dituliskan oleh Prabu Jayabaya. Karena hampir seluruh tanda-tanda zaman yang dituliskan oleh Prabu Jayabaya dalam kurun waktu 500 tahun kebelakang menjadi kenyataan. Satu-satunya tanda zaman yang belum terbukti kebenarannya adalah tanah Nusantara akan memasuki kejayaannya. Dan saya sangat berharap apa yang dituliskan oleh Prabu Jayabaya , terutama pada bagian akhirnya, terbukti kebenarannya. Suatu Happy Ending.

Memang sulit untuk mempercayai bahwa kita akhirnya akan menuju kejayaan,terlebih oleh suatu bangsa yang telah kehilangan harapan karena tak henti-hentinya dirundung duka selama 500 tahun. Tapi Pak, percaya atau tidak, apa yang dituliskan oleh Prabu Jayabaya ternyata sejalan dan seiring dengan dengan prediksi ilmu ekonomi modern.

McKinsey Global Institute melalui laporannya tahun 2011 yang berjudul “The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” memprediksi Indonesia yang pada tahun 2011 merupakan perekonomianterbesar ke-16 dunia akan menjadi perekonomian terbesar ke-7 dunia pada tahun 2030. Bahkan Standard Chartered Bank, dalam laporan tahun 2010 yang bertajuk “The Super-Cycle Report” mengatakan tahun 2030 Indonesia akan menjadi urutan ke-5 dunia, di bawah RRC, AS, India dan Brazil.

Semua itu dimungkinkan karena Indonesia dibawah kepemimpinan SBY konsisten mencetak pertumbuhun ekonomi yang relatif tinggi dan paling stabil di dunia. Hal tersebut akan semakin diperkuat bahwa pada tahun 2025 nanti, seperti yang dikutip oleh Pak Ahok, Indonesia akan mempunyai bonus demografi berupa tenaga kerja berusia dibawah 30 tahun yang terdidik dan terlatih dalam jumlah yang sangat besar dan lebih dari itu berdaya beli tinggi.

Dan bukanlah suatu kebetulan kalau saat ini begitu banyak tokoh muda yang bertalenta, berintegritasdan berdedikasi - baik yang telah mengisi jabatan-jabatan penting di Republik ini, maupun yang memilih berjuang di luar sistem. Kita mempunyai Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Tri Rismaharini, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Sri Mumpuni, Butet Manurung dan masih banyak yang lainnya.

Pak Prabowo Subianto yang terhormat, pada tanggal 9 Juli 2014 suka atau tidak suka Tuhan telah berbicara melalui suara rakyat, – suara rakyat adalah suara Tuhan. Dan dengan demikian tanda zaman itu sudah terlihat dengan jelas.

Apakah Bapak tidak memperhatikan bahwa tanda-tanda itu semakin jelas setelah tanggal 9 Juli 2014? Partisipasi rakyat dalam mengawal hasil Pilpres 2014 sungguh luar biasa. Dan semua itu dilakukan secara masif namun tanpa koordinasi dan spontan, tidak terstruktur dan sistematis. Bentuk partisipasi rakyat yang tanpa komando itu pertama kali muncul dalam bentuk gerakan #SaveRRI sehingga DPR urung memanggil RRI.

Partisipasi rakyat sekali lagi tampak ketika KPU mulai mengunggah form C1 dan kemudian hadir situs sebagai pembanding hasil perhitungan KPU. Situs ini muncul tiba-tiba sebagai bentuk partisipasi rakyat guna mengawal rekapitulasi hasil perhitungan Pilpres. Sesaat setelah situs ini hadir, serentak ribuan relawan tergerak untuk membantu situs tersebut memasukan data form C1 ke sistem kawalpemilu.org. Ketika situs tersebut berusaha diretas, sekejap bantuan pengamanan dari segala penjuru berdatangan. Siapakah yang menggerakan mereka?

Pak Prabowo yang terhormat, Tuhan telah berbicara melalui partisipasi rakyat, tanda-tanda zaman sudah jelas. Pesawat Garuda Jaya sudah siap di ujung landasan untuk segera lepas landas menuju kejayaan. Pilot dan co-pilot telah terpilih. Tapi para awak pesawat masih butuh bantuan kita semua, terutama bantuan dari Bapak agar pesawat ini dapat mulus lepas landas.

Bantuan dan restu dari orang-orang seperti Bapak yang sarat akan pengetahuan dan pengalaman tentunya akan merupakan hal yang sangat berharga bagi Pilot dan Co-pilot Garuda Jaya. Memang akan menjadi lebih indah bila saja Pilot terpilih itu adalah diri sendiri, siapa sih yang tidak menginginkan namanya akan tercatat dalam sejarah sebagai pembawa Garuda Jaya menuju kejayaan? Tapi meneladani Pak Harto dalam membaca tanda zaman, alangkah lebih baiknya jika sumberdaya yang begitu berharga yang kita punya saat ini digunakan untuk membantu para awak pesawat menjalankan pesawat Garuda Jaya agar dapat lepas landas dengan mulus.

Mari Pak, bersama dengan seluruh rakyat Indonesia, kita bahu-membahu menyingsingkan lengan baju untuk bekerja membantu Pilot dan Co-pilot terpilih guna membawa Garuda Jaya terbang tinggi setinggi-tingginya – mewujudkan mimpi Prabu Jayabaya, mimpi para pendiri Republik, mimpi Bapak, mimpi saya, dan mimpi seluruh rakyat Indonesia menjadi kenyataan. Mari kita ciptakan Indonesia yang cerdas, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Mari kita jadikan Indonesia bukan hanya menjadi Macan Asia, tetapi lebih dari itu Pak, mari kita buktikan pada dunia bahwa laporan McKinsey dan Standard Chartered Bank adalah salah, karena pada tahun 2030 insya Allah Indonesia akan menjadi Raksasa Dunia.

Dan pada saat itu terjadi sejarah akan mencatat kita semua dengan tinta emas. Pada saat itu, Bapak, saya dan kita semua yang bahu-membahu dari saat sekarang mewujudkan itu semua, akan dengan bangga berbicara pada generasi penerus kita yang akan menikmati itu semua: “Saya turut andil dalam pencapaian ini...”

Pak Prabowo Subianto yang terhormat, dengan segala kerendahan hati dan dari lubuk hati yang paling dalam, mari Pak kita bersama naik pesawat Garuda Jaya. Bersama kita bangkit, bersama kita lepas landas, niscaya bersama kita akan guncang dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun