Mohon tunggu...
Benny Hendrawan La Semba
Benny Hendrawan La Semba Mohon Tunggu... Psikolog - Psychologist and OD Specialist

Pengamat Sosial dan Perilaku

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Buah Nasi-nasi: Dimanakah Engkau Kini? (Sebuah catatan kecil Benny Hendrawan)

19 Oktober 2016   10:27 Diperbarui: 19 Oktober 2016   11:01 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bunderhortikultura.com

Dulu di era tahun 80-an, sewaktu masih SD, kami teramat sering mengkonsumsi buah-buahan yang banyak tumbuh di sekitar rawa dan aliran sungai di belakang sekolah kami ini. Buahnya hanya sebesar biji kedelai, rasanya manis, tekstur dagingnya empuk seperti jambu bol, dan warna buahnya sangat khas, yakni putih bersih seperti nasi. Itulah alasannya mengapa buah ini dinamakan buah nasi-nasi.

Buah ini biasanya berbuah lebat disaat musim hujan dan arus air yang berada di bawahnya mulai meluap. Dulu, sembari bermain arus air di rawa/ sungai, kami sering meraih buah ini yang banyak menggelantung dan menjuntai kearah sungai. Sesekali kami memanjat batang pohonnya yang mirip pohon kayu putih dan byuuurrrr...., kami terjun ke sungai dari dahan-dahannya yang tidak terlalu tinggi.

Sambil terus mengayuhkan kaki di dalam air, kami bersorak-sorai menyemangati teman-teman lain yang bersiap hendak terjun dari atas pohon nasi-nasi. Dan.....byuurrr....byuuurrr....! Mereka terjun menghujam ke sungai dengan gayanya masing-masing. Ada yang langsung menyentuh air, namun ada pula yang nyangkut terlebih dahulu di dahan pohon, baru kemudian menyentuh permukaan sungai. Semua tertawa, semua gembira....tak ada satupun yang mem-bully saat melihat temannya gagal landing di sungai dengan gaya terbaiknya.

Uggghhh.......! masa kecil itu sungguh menyenangkan. Masa dimana kami tumbuh bersama alam. Itulah mengapa dulu kami mampu berenang gesit, mampu memanjat pohon yang tinggi nan besar, mampu survive di tengah kesunyian alam, mampu berburu, mampu memancing, mampu merancang-bangun mainan2 inovatif khas pedesaan, dan lain-lain.

Kini, kenangan masa kecil itu perlahan-lahan mulai hilang, seiring hilangnya keberadaan pohon nasi-nasi yang dulu selalu setia menemani hari-hari manis di desa kecil kami.....

Pohon Nasi-Nasi, dimanakah engkau kini...?

(Sembawa, Banyuasin, Sumatera Selatan/ 19 Oktober 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun