Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone

Pegawai pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone. Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Traveling dengan Konsep Slow Travel: Menikmati Perjalanan dengan Lebih Mendalam

13 Agustus 2024   15:30 Diperbarui: 13 Agustus 2024   15:31 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep traveling telah mengalami perubahan signifikan. Jika dulu perjalanan wisata sering kali identik dengan "mengejar" sebanyak mungkin destinasi dalam waktu yang singkat, kini semakin banyak orang yang beralih ke konsep "slow travel." Slow travel adalah tren baru dalam pariwisata di mana para pelancong lebih memilih untuk mengeksplorasi suatu destinasi secara mendalam dengan menghabiskan waktu lebih lama. Dalam konsep ini, kualitas pengalaman lebih diutamakan daripada kuantitas tempat yang dikunjungi. Apa yang sebenarnya membuat slow travel begitu menarik, dan bagaimana hal ini mengubah cara kita melihat perjalanan?Apa Itu Slow Travel?

Slow travel bukan sekadar perjalanan yang lambat, melainkan sebuah filosofi yang menekankan pada pengalaman yang lebih otentik dan bermakna. Alih-alih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu singkat, pelancong dalam konsep ini memilih untuk tinggal lebih lama di satu destinasi, berinteraksi dengan budaya lokal, dan menikmati suasana tanpa terburu-buru. Slow travel mengajak kita untuk menghargai setiap momen dalam perjalanan, menemukan kedalaman dalam pengalaman, dan menghindari sekadar menjadi "turis" yang berlomba mengumpulkan foto di berbagai landmark.

Mengapa Slow Travel Menjadi Tren?

Ada beberapa alasan mengapa slow travel semakin populer. Pertama, ada keinginan yang semakin besar untuk melarikan diri dari tekanan kehidupan modern yang serba cepat. Banyak orang merasa jenuh dengan rutinitas sehari-hari yang penuh stres dan melihat perjalanan sebagai kesempatan untuk memperlambat ritme hidup, merasakan ketenangan, dan menyegarkan pikiran.

Kedua, slow travel menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan tempat yang dikunjungi. Tinggal lebih lama di satu destinasi memungkinkan pelancong untuk berinteraksi lebih intens dengan penduduk setempat, memahami budaya dan tradisi mereka, serta merasakan kehidupan sehari-hari dengan lebih otentik. Ini adalah pengalaman yang sering kali tidak bisa didapatkan dalam perjalanan yang singkat dan terburu-buru.

Ketiga, slow travel juga mencerminkan kesadaran akan dampak lingkungan dari pariwisata. Dengan mengurangi frekuensi perjalanan dan menghabiskan lebih banyak waktu di satu tempat, pelancong dapat mengurangi jejak karbon mereka, mendukung ekonomi lokal, dan membantu menjaga kelestarian lingkungan dan budaya setempat.

Manfaat Slow Travel

Salah satu manfaat utama dari slow travel adalah peningkatan kualitas pengalaman. Tanpa tekanan untuk "melihat semuanya," pelancong dapat benar-benar menikmati dan menyerap setiap momen. Mereka memiliki waktu untuk mengeksplorasi tempat-tempat tersembunyi yang tidak ada di panduan wisata, mencoba makanan lokal yang autentik, dan berpartisipasi dalam kegiatan budaya yang mungkin tidak tersedia bagi turis biasa.

Selain itu, slow travel juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan mental. Dengan memperlambat ritme perjalanan, pelancong dapat menikmati suasana yang lebih rileks, jauh dari hiruk-pikuk dan kepenatan kota. Ini memberi mereka kesempatan untuk merenung, beristirahat, dan menemukan kembali kedamaian batin.

Dari segi ekonomi, slow travel juga mendukung keberlanjutan komunitas lokal. Pelancong yang tinggal lebih lama cenderung menghabiskan lebih banyak uang di bisnis-bisnis kecil, seperti penginapan lokal, restoran, dan toko-toko kerajinan tangan. Ini membantu menggerakkan ekonomi lokal dan memastikan bahwa manfaat pariwisata dirasakan langsung oleh masyarakat setempat.

Tantangan dalam Slow Travel

Meskipun memiliki banyak manfaat, slow travel juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah waktu. Tidak semua orang memiliki fleksibilitas untuk mengambil cuti panjang dari pekerjaan atau tanggung jawab lain. Selain itu, tinggal lebih lama di satu tempat juga bisa berarti biaya yang lebih tinggi, terutama jika destinasi tersebut merupakan kota besar atau tempat wisata populer.

Selain itu, slow travel juga menuntut adaptasi dari pelancong. Bagi mereka yang terbiasa dengan perjalanan yang serba cepat dan penuh agenda, memperlambat ritme dan menikmati momen mungkin memerlukan penyesuaian. Slow travel bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan mental untuk merasakan kedalaman pengalaman.

Slow travel adalah konsep perjalanan yang menekankan pada kualitas daripada kuantitas, menawarkan cara yang lebih mendalam dan bermakna untuk mengeksplorasi dunia. Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat, slow travel mengajak kita untuk memperlambat langkah, menikmati setiap momen, dan membangun hubungan yang lebih otentik dengan tempat yang kita kunjungi. Meskipun menghadapi tantangan, manfaat dari slow travel---baik dari segi pengalaman pribadi maupun kontribusi terhadap komunitas lokal---membuatnya menjadi pilihan yang semakin menarik bagi para pelancong yang mencari sesuatu lebih dari sekadar perjalanan wisata biasa. Dalam slow travel, perjalanan bukan lagi tentang berapa banyak tempat yang bisa kita kunjungi, tetapi seberapa dalam kita bisa merasakan dan menghargai setiap tempat yang kita datangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun