Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone

Pegawai pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone. Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

FOMO dalam Era Digital: Bagaimana Medsos Mempengaruhi Kesehatan Mental dan kehidupan Sosial

10 Agustus 2024   14:10 Diperbarui: 10 Agustus 2024   15:21 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Fomo Era Digital (Sumber:Freepik.com)

Dalam era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Dari Instagram hingga Twitter, platform ini memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang lain, berbagi momen, dan tetap up-to-date dengan tren terbaru. Namun, dengan semua manfaatnya, media sosial juga membawa dampak negatif, salah satunya adalah munculnya fenomena Fear of Missing Out (FOMO). FOMO adalah perasaan cemas yang timbul ketika seseorang merasa bahwa mereka tertinggal atau tidak ikut serta dalam kegiatan yang sedang populer atau menyenangkan. Fenomena ini telah menjadi semakin umum, terutama di kalangan generasi muda, dan memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental dan kehidupan sosial.
Bagaimana Media Sosial Memicu FOMO

1. Perbandingan Sosial
Salah satu penyebab utama FOMO adalah perbandingan sosial yang tidak sehat. Media sosial penuh dengan gambar dan cerita yang sering kali hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan seseorang. Ketika kita melihat teman atau orang lain menikmati momen-momen yang tampaknya sempurna---liburan eksotis, pertemuan sosial, pencapaian karier---kita mungkin mulai merasa bahwa hidup kita kurang memuaskan atau kita ketinggalan sesuatu. Perbandingan ini dapat memicu perasaan cemas, tidak percaya diri, dan ketidakpuasan terhadap kehidupan kita sendiri.

2.Ketergantungan pada Validasi Eksternal
Media sosial juga membuat kita lebih rentan terhadap pencarian validasi dari orang lain. Like, komentar, dan pengikut menjadi ukuran popularitas dan penerimaan sosial. Ketika kita melihat orang lain mendapatkan lebih banyak perhatian di media sosial, kita mungkin merasa tertekan untuk mengikuti tren, mengubah perilaku kita, atau bahkan menampilkan versi "terbaik" dari diri kita untuk mendapatkan pengakuan. Ketergantungan pada validasi eksternal ini dapat meningkatkan perasaan FOMO dan menurunkan kesejahteraan emosional.

3. Ketersediaan Informasi yang Tidak Pernah Berhenti
Media sosial menyediakan arus informasi yang terus menerus. Dengan notifikasi yang selalu aktif dan akses tanpa batas ke konten baru, kita mungkin merasa sulit untuk melepaskan diri dari perangkat kita. Ketika kita tidak memeriksa media sosial, ada perasaan cemas bahwa kita mungkin melewatkan sesuatu yang penting atau menarik. Kecemasan ini dapat membuat kita terus terhubung secara online, bahkan jika itu berarti mengorbankan waktu tidur, produktivitas, atau interaksi langsung dengan orang lain.

### Dampak FOMO pada Kesehatan Mental dan Kehidupan Sosial

1. Kesehatan Mental
FOMO dapat berdampak serius pada kesehatan mental. Perasaan terus-menerus tidak puas, cemas, dan tertekan dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, dan bahkan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami FOMO lebih cenderung merasa tidak bahagia dengan hidup mereka dan memiliki tingkat kecemasan sosial yang lebih tinggi. FOMO juga dapat menyebabkan gangguan tidur dan masalah konsentrasi, karena kecemasan yang berlebihan mengganggu kemampuan kita untuk bersantai dan fokus.

2. Kehidupan Sosial
Di satu sisi, media sosial dirancang untuk memperkuat koneksi sosial, tetapi ironisnya, FOMO dapat membuat kita merasa lebih terisolasi. Ketika kita terlalu sibuk mengamati kehidupan orang lain, kita mungkin melewatkan kesempatan untuk terhubung secara nyata dengan orang-orang di sekitar kita. Selain itu, tekanan untuk selalu "update" dan menampilkan diri secara online dapat mengurangi kualitas interaksi tatap muka, karena kita lebih fokus pada layar daripada pada orang-orang di depan kita.

Mengelola FOMO dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Membangun Kesadaran Diri
Langkah pertama dalam mengatasi FOMO adalah dengan membangun kesadaran diri. Mengakui perasaan cemas atau tidak puas yang timbul saat menggunakan media sosial adalah langkah penting. Dengan menyadari kapan dan mengapa FOMO muncul, kita bisa mulai memisahkan diri dari perbandingan sosial yang tidak sehat dan mengurangi ketergantungan pada validasi eksternal.

2. Mengatur Waktu Penggunaan Media Sosial
Membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial dapat membantu mengurangi perasaan FOMO. Menetapkan batasan waktu harian atau menggunakan aplikasi pengatur waktu dapat membantu kita lebih fokus pada aktivitas lain yang lebih bermakna. Mengambil waktu untuk "detoksifikasi digital" secara berkala, di mana kita menjauhkan diri dari perangkat selama beberapa waktu, juga dapat memberikan ruang untuk refleksi dan pemulihan mental.

3. Mengutamakan Interaksi Nyata
Mengutamakan hubungan dan interaksi langsung dengan orang lain adalah cara efektif untuk mengurangi dampak negatif FOMO. Bertemu dengan teman dan keluarga secara langsung, berpartisipasi dalam aktivitas sosial tanpa memikirkan media sosial, dan menikmati momen tanpa harus selalu membagikannya secara online dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan memperkuat koneksi sosial kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun