Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone

Pegawai pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone. Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Gotong Royong: Menghidupkan Kembali Semangat Kebersamaan di Era Modern

9 Agustus 2024   14:15 Diperbarui: 9 Agustus 2024   14:21 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tradisi Gotong Royong (Sumber:Freepik.Com)

Gotong royong adalah salah satu nilai budaya yang telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia. Tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan, solidaritas, dan saling membantu tanpa pamrih. Di masa lalu, gotong royong adalah fondasi bagi kehidupan sosial, terutama di pedesaan, di mana masyarakat bekerja bersama-sama untuk membangun rumah, membersihkan lingkungan, atau menggelar acara-acara adat. Nilai-nilai yang terkandung dalam gotong royong mencerminkan kebersamaan dan kesadaran kolektif yang kuat, di mana kepentingan bersama lebih diutamakan daripada kepentingan individu.Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, budaya gotong royong mulai memudar. Perubahan gaya hidup yang lebih individualis, urbanisasi yang pesat, dan modernisasi telah menggeser nilai-nilai kolektif yang dulu sangat dijunjung tinggi. Di era modern ini, banyak masyarakat yang lebih fokus pada kepentingan pribadi dan cenderung mengabaikan pentingnya kebersamaan. Akibatnya, semangat gotong royong yang dulu begitu kuat kini mulai pudar dan kurang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hilangnya Semangat Gotong Royong di Era Modern

Urbanisasi dan modernisasi telah membawa perubahan besar dalam struktur sosial masyarakat Indonesia. Di kota-kota besar, misalnya, kehidupan yang serba cepat dan tekanan ekonomi sering kali membuat masyarakat lebih fokus pada kebutuhan individu daripada kebersamaan. Orang-orang semakin sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, dan interaksi sosial menjadi semakin terbatas. Kompleksitas kehidupan urban juga membuat hubungan antarwarga menjadi lebih formal dan kurang hangat dibandingkan dengan kehidupan di pedesaan.

Selain itu, perkembangan teknologi juga berkontribusi terhadap menurunnya semangat gotong royong. Di era digital ini, interaksi sosial sering kali terjadi melalui media sosial dan aplikasi pesan instan, yang meskipun memudahkan komunikasi, juga dapat mengurangi frekuensi pertemuan tatap muka dan kegiatan bersama. Akibatnya, masyarakat semakin jarang terlibat dalam kegiatan gotong royong yang nyata, seperti kerja bakti atau membantu tetangga yang sedang kesulitan.

Hilangnya semangat gotong royong ini tidak hanya berdampak pada hubungan sosial, tetapi juga pada kemampuan masyarakat untuk menghadapi tantangan-tantangan sosial yang ada. Ketika gotong royong mulai ditinggalkan, masyarakat menjadi lebih rentan terhadap masalah-masalah seperti ketimpangan sosial, degradasi lingkungan, dan penanganan bencana yang kurang efektif. Padahal, semangat gotong royong dapat menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan ini, dengan mengedepankan kebersamaan dan solidaritas.

Menghidupkan Kembali Semangat Gotong Royong

Meskipun semangat gotong royong mulai memudar, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih sangat relevan dan dibutuhkan di era modern ini. Menghidupkan kembali semangat gotong royong bukan hanya soal melestarikan tradisi, tetapi juga soal membangun masyarakat yang lebih solid dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.

Dalam konteks krisis lingkungan, misalnya, gotong royong dapat menjadi dasar bagi upaya kolektif untuk menjaga kelestarian alam. Kegiatan seperti penghijauan, pembersihan sungai, atau pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah contoh nyata bagaimana gotong royong bisa berperan dalam menjaga lingkungan. Dengan melibatkan banyak pihak, dari pemerintah, komunitas, hingga individu, semangat gotong royong dapat menciptakan perubahan positif yang signifikan bagi lingkungan kita.

Begitu pula dalam menghadapi ketimpangan sosial, gotong royong dapat menjadi alat untuk memperkuat solidaritas antarwarga. Kegiatan seperti membantu tetangga yang kurang mampu, mendukung pendidikan anak-anak dari keluarga miskin, atau menggalang dana untuk keperluan sosial adalah bentuk-bentuk gotong royong yang dapat mengurangi ketimpangan sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.

Penanganan bencana juga merupakan area di mana semangat gotong royong sangat dibutuhkan. Di Indonesia, yang rentan terhadap berbagai bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan letusan gunung berapi, gotong royong telah terbukti menjadi mekanisme yang efektif dalam membantu masyarakat pulih dari dampak bencana. Dengan bekerja bersama-sama, masyarakat dapat membangun kembali infrastruktur yang rusak, memberikan bantuan kepada korban, dan memastikan bahwa proses pemulihan berjalan dengan cepat dan efisien.

Tradisi gotong royong adalah warisan budaya yang sangat berharga dan masih sangat relevan di era modern ini. Meskipun tantangan-tantangan zaman telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan saling membantu yang terkandung dalam gotong royong tetap penting untuk dipertahankan. Menghidupkan kembali semangat gotong royong dapat menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, seperti krisis lingkungan, ketimpangan sosial, dan penanganan bencana. Dengan mengedepankan kebersamaan dan kerja sama, kita dapat membangun masyarakat yang lebih solid, inklusif, dan tangguh dalam menghadapi segala tantangan di era modern ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun