Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone

Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santosa : Simbol Integritas Polisi di Indonesia

15 Juli 2024   13:10 Diperbarui: 15 Juli 2024   16:30 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso adalah sosok legendaris dalam sejarah kepolisian Indonesia. Nama beliau tidak hanya dikenang sebagai mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), tetapi juga sebagai simbol integritas dan keteguhan moral dalam menjalankan tugasnya. Dalam konteks kepolisian, Hoegeng sering disebut sebagai contoh ideal seorang polisi yang bersih, jujur, dan berintegritas tinggi.

Kehidupan Awal dan Karier

Hoegeng lahir pada 14 Oktober 1921 di Pekalongan, Jawa Tengah. Dari usia muda, ia menunjukkan ketertarikan yang kuat pada keadilan dan hukum. Setelah menamatkan pendidikan hukumnya, Hoegeng memulai kariernya di kepolisian pada tahun 1952. Kariernya meroket dengan cepat berkat dedikasinya yang luar biasa dan prinsip-prinsip yang dipegang teguh.

Kepemimpinan di Kepolisian

Hoegeng diangkat sebagai Kapolri pada tahun 1968, saat Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan, termasuk korupsi yang merajalela dan ketidakstabilan politik. Dalam masa jabatannya sebagai Kapolri yang berlangsung hingga 1971, Hoegeng dikenal tidak mentoleransi korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan. Ia sering turun langsung ke lapangan untuk memastikan bahwa hukum ditegakkan dengan adil.

Salah satu kisah paling terkenal yang menggambarkan integritas Hoegeng adalah ketika ia menolak pemberian dari pengusaha dan politisi yang berusaha mempengaruhi kebijakannya. Ia bahkan menolak fasilitas dan perlakuan istimewa yang dianggapnya tidak pantas bagi seorang polisi yang seharusnya melayani rakyat. Keberaniannya dalam menolak suap dan tekanan politik membuatnya dihormati oleh banyak orang, tetapi juga membuatnya memiliki banyak musuh di kalangan elite yang korup.

Pengaruh dan Warisan

Setelah pensiun, Hoegeng tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan sering berbicara tentang pentingnya integritas dalam penegakan hukum. Beliau dikenal sebagai sosok yang sederhana dan tetap menjaga prinsip-prinsip moral yang dipegangnya sejak awal karier. Hoegeng meninggal pada 14 Juli 2004, namun warisannya tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi banyak polisi muda.

Integritas Hoegeng menjadi acuan dalam berbagai reformasi di tubuh Polri. Banyak program anti-korupsi dan inisiatif untuk meningkatkan transparansi dalam kepolisian yang mengambil inspirasinya dari kepemimpinan dan prinsip-prinsip Hoegeng. Beliau sering dijadikan contoh dalam pendidikan dan pelatihan kepolisian sebagai figur yang ideal untuk diteladani.

Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso adalah bukti bahwa integritas dan kejujuran adalah pondasi utama dalam penegakan hukum. Dalam masa tugasnya, beliau menunjukkan bahwa seorang polisi bisa menjadi pelayan yang sejati bagi masyarakat, meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan tekanan. Hingga kini, nama Hoegeng masih dijunjung tinggi sebagai simbol integritas dan keteguhan moral dalam kepolisian Indonesia. Warisannya mengingatkan kita bahwa perubahan dan reformasi di tubuh Polri harus selalu didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran yang beliau perjuangkan sepanjang hidupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun