Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone

Pegawai pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone. Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

B.J.Habibie: Integritas dalam Kepemimpinan dan Dedikasi pada Teknologi dan Pendidikan

15 Juli 2024   11:00 Diperbarui: 19 Juli 2024   13:44 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bacharuddin Jusuf Habibie, atau lebih dikenal sebagai B.J. Habibie, adalah sosok yang tak bisa dipisahkan dari perjalanan bangsa Indonesia. Sebagai Presiden ketiga Indonesia, Habibie meninggalkan jejak yang dalam dan menginspirasi melalui integritasnya dalam memimpin serta dedikasinya pada bidang teknologi dan pendidikan.B.J. Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Sejak muda, ia menunjukkan kecerdasan luar biasa dan ketertarikan yang mendalam pada dunia teknik. Setelah menamatkan pendidikan menengahnya, Habibie melanjutkan studi ke Jerman, sebuah keputusan yang menjadi titik awal perjalanannya menuju kemajuan teknologi. Di Jerman, ia menempuh pendidikan di bidang teknik penerbangan dan berhasil meraih gelar doktor di bidang teknik dirgantara.

Dedikasi Habibie terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi terlihat jelas dalam kontribusinya yang monumental pada industri dirgantara Indonesia. Ia menjadi tokoh sentral dalam pendirian Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kini dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia. Melalui IPTN, Habibie mendorong pengembangan pesawat buatan dalam negeri, sebuah langkah besar yang menunjukkan visi dan keberaniannya dalam mengangkat industri teknologi tinggi Indonesia.

Saat menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, Habibie mendorong berbagai program penelitian dan pengembangan yang bertujuan meningkatkan kapasitas teknologi nasional. Ia percaya bahwa kemajuan bangsa tidak bisa dicapai tanpa penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan. Prinsip inilah yang selalu ia pegang teguh dan implementasikan dalam setiap kebijakan yang ia buat.

Pada tahun 1998, ketika Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi, Habibie diangkat menjadi Presiden menggantikan Soeharto. Masa kepemimpinannya yang singkat namun krusial, berlangsung dari 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999, penuh dengan tantangan besar. Habibie menghadapi krisis kepercayaan publik, gejolak ekonomi, dan tuntutan reformasi politik. Dalam situasi yang sangat sulit ini, integritas dan keteguhan prinsip Habibie dalam memimpin benar-benar diuji.

Salah satu langkah penting yang diambil Habibie adalah melepaskan kebebasan pers dan membuka ruang bagi kebebasan berpendapat. Ia juga mendorong dilakukannya reformasi hukum dan politik, termasuk menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil. Keberanian Habibie dalam mengambil keputusan yang tidak populer namun krusial menunjukkan komitmennya pada demokrasi dan transparansi. Langkah-langkah ini menjadi fondasi penting bagi proses demokratisasi di Indonesia.

Selain di bidang politik dan teknologi, dedikasi Habibie pada pendidikan juga patut diacungi jempol. Ia selalu menekankan pentingnya pendidikan berkualitas sebagai landasan bagi kemajuan bangsa. Habibie mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan penelitian, serta memberikan beasiswa kepada ribuan pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi di luar negeri. Ia percaya bahwa generasi muda yang terdidik adalah kunci bagi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Kehidupan pribadi Habibie juga mencerminkan integritas dan ketulusan hatinya. Kisah cintanya dengan Hasri Ainun Besari, yang diabadikan dalam film "Habibie & Ainun," menginspirasi banyak orang. Kesetiaan dan kasih sayang Habibie terhadap istrinya menunjukkan sisi humanis dari seorang ilmuwan dan pemimpin besar.

B.J. Habibie adalah contoh nyata bagaimana integritas, dedikasi, dan visi yang jelas dapat membawa perubahan positif bagi bangsa. Warisannya dalam bidang teknologi dan pendidikan, serta kontribusinya dalam proses demokratisasi Indonesia, akan terus dikenang dan dijadikan teladan bagi generasi mendatang. Habibie tidak hanya seorang teknokrat dan presiden, tetapi juga seorang guru bangsa yang mengajarkan arti pentingnya kejujuran, kerja keras, dan cinta pada tanah air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun