Saat ini kopi menjadi minuman yang digemari oleh banyak orang. Tidak hanya dari kalangan muda saja, tetapi dari orang tua pun juga suka dengan minuman yang memiliki cita rasa pahit itu. Ya, saat ini siapa yang tidak tahu minuman kopi? Berbagai macam kopi kini mulai dipasarkan dengan menu yang sangat kreatif. Hampir di setiap sudut kota terdapat warung kopi, salah satunya di Kota Yogyakarta.
Di suasana malam jalan Yogyakarta yang selalu dipadati pekerja kantoran sepulang kerja, Dimas Longo Kunkoro Jakti (24) untuk mencari rejeki dengan berjualan kopi di kawasan Jalan Pangeran Mangkubumi. Sekitar pukul 17.00, Dimas menaiki Vespa Sprint 1973 dan berhenti di depan toko suvenir Sultan untuk segera menyiapkan dagangan.
Dari peti kayu di bagian belakang Vespa, ia mengeluarkan peralatan kopi, cangkir minum, kompor mini outdoor dan, tentu saja kopi dan bahan minuman lainnya. Terakhir, Dimas memasang payung berukuran besar untuk menaungi Vespa-nya yang ia jadikan juga sebagai tempat untuk meracik kopi.
Dimas mengawali usahanya semenjak masih berada di bangku kuliah semester empat pada tahun 2018. itu “Tahun 2018 itu awalnya di depan Ambarukmo Plaza. Tahun 2020 kemarin baru pindah ke sini” jelas Dimas, yang ketika saya wawancarai tengah asyik meracik kopi pesanan pelanggannya.
Ketika memulai usahanya, Dimas mengakui sempat kewalahan karena usahanya ini sangat menyita waktu dan harus berusaha ekstra untuk membagi waktu dengan kuliahnya. “Soalnya biasanya buka sampai malam. Terus kalo ada kelas pagi kan otomatis kadang gak tidur, kadang tidur cuma sebentar. Paling nyita waktunya itu thok sih mas” ujar pemuda kelahiran Madiun itu.
Dia ingin membedakan ide menjual kopi di Vespa dari pedagang dan kafe lain. “Ada begitu banyak kedai kopi di tahun 2018, karena aku ingin mencari sesuatu yang berbeda. Dan kebetulan juga saya menyukai Vespa, jadi mari kita jual saja di Vespa." Sejak pertama kali dibuka, Dimas mengaku antusias para pelanggannya khususnya pecinta Vespa cukup tinggi. “Beberapa teman Vespa saya di Jogja sering datang ke sini. Ya, antusiasmenya cukup tinggi,” kata Dimas, yang bisa menjual 30 sampai 50 cangkir kopi buatannya perhari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H